Direktur Eksekutif/Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Rahmat Dwi Saputra menjelaskan, berdasarkan sisi pengeluaran, sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah berasal dari konsumsi rumah tangga (RT) dan ekspor luar negeri. Sementara dari sisi lapangan usaha (LU), sumber pertumbuhan terbesar PDRB Jawa Tengah berasal dari LU transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi dan makan minum, serta pertanian.
Konsumsi rumah tangga
Adapun dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga dan ekspor luar negeri merupakan sumber pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2022, sementara konsumsi pemerintah dan investasi masih terkontraksi. Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 6,14 persen (yoy) dan memberikan andil sebesar 3,62 persen.
Perbaikan konsumsi RT seiring dengan peningkatan konsumsi pada periode bulan puasa dan Idulfitri, liburan sekolah, dan peningkatan mobilitas masyarakat paska pelonggaran PPKM. Selain itu, sejumlah kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia seperti relaksasi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), loan to value (LTV) properti dan kendaraan bermotor, serta Insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP), juga turut menjaga perbaikan konsumsi.
Ekspor luar negeri
Ekspor luar negeri tumbuh sebesar 35,01 persen (yoy), didorong oleh peningkatan ekspor migas sebesar 136,05 persen (yoy). Sementara itu, ekspor nonmigas Jawa Tengah tumbuh sebesar 22,94 persen (yoy) termoderasi dibandingkan triwulan sebelumnya (30,37 persen; yoy).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Moderasi ekspor nonmigas disebabkan oleh penurunan ekspor produk kayu dan furnitur akibat kendala sertifikat ecolabel Forest Stewardship Council (FSC), dan penurunan permintaan negara mitra dagang terutama Amerika Serikat. Sementara itu, impor luar negeri Jawa Tengah melambat (dari tumbuh 14,69 persen; yoy menjadi 9,00 persen; yoy), terutama pada impor bahan baku dan barang konsumsi.
“Konsumsi pemerintah masih mengalami kontraksi 3,55 persen (yoy), lebih dalam dari triwulan sebelumnya sebesar -1,16 persen (yoy). Hal tersebut disebabkan oleh penurunan belanja barang dan jasa sebagai dampak penyesuaian kontrak pengadaan barang dan jasa akibat kenaikan PPN 11 persen, serta keterbatasan ketersediaan barang pada e-catalog,” jelasnya, dalam keterangan tertulis, Rabu, 10 Agustus 2022.
Kinerja investasi juga terkontraksi 0,66 persen lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya (-0,24 persen; yoy). Dari sisi domestik, kontraksi investasi disebabkan oleh penundaan penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN) di antaranya akibat perubahan desain, serta penerbitan izin Persetujuan Bangunan Gedung (PBG). Sementara dari sisi eksternal, investor cenderung wait and see akibat ketidakpastian kondisi global paska normalisasi suku bunga kebijakan bank sentral Amerika Serikat.
Sumber pertumbuhan terbesar PDRB Jateng
Dari sisi lapangan usaha (LU), sumber pertumbuhan terbesar PDRB Jawa Tengah berasal dari LU transportasi dan pergudangan (tumbuh 89,34 persen; yoy), serta LU penyediaan akomodasi dan makan minum (tumbuh 18,44%; yoy), seiring penerapan kebijakan pelonggaran mudik. LU pertanian juga menjadi sumber pertumbuhan dengan tumbuh 4,93% (yoy), didorong oleh panen jagung di wilayah sentra Jawa tengah dan implementasi indeks pertanaman IP400 pada tanaman padi.
Namun demikian, kinerja LU industri pengolahan sebagai LU utama Jawa Tengah melambat, dari tumbuh 4,78 persen (yoy) pada triwulan lalu menjadi 4,06 persen (yoy) pada triwulan ini. Perlambatan tersebut disebabkan oleh permintaan global yang cenderung menurun akibat kenaikan inflasi pada negara mitra dagang Jawa Tengah terutama Amerika Serikat, serta sikap proteksionisme beberapa negara produsen pupuk dan pangan.
Sektor utama Jawa Tengah yang lain yaitu LU perdagangan tumbuh 3,30 persen (yoy), juga melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (3,82 persen; yoy), disebabkan rata-rata penjualan stok Ramadan sudah terjual pada triwulan I-2022.
Prediksi pemulihan ekonomi Jateng
Ke depan, pemulihan ekonomi Jawa Tengah diprakirakan terus berlanjut didukung oleh covid-19 yang terkendali dan peningkatan mobilitas masyarakat. Namun demikian, perbaikan ekonomi diperkirakan tidak sekuat proyeksi sebelumnya, disebabkan ekspor yang masih tertahan, kenaikan harga energi dan pangan global, serta proteksionisme ekspor beberapa negara produsen pangan dan pupuk.
Sejalan dengan moderasi perekonomian global tersebut, permintaan eksternal diperkirakan lebih rendah sehingga sumber pemulihan perekonomian lebih ditopang oleh permintaan domestik. Prospek Jawa Tengah yang memiliki kawasan industri terpadu diharapkan mampu menarik investor dalam merelokasi industri maupun investasi teknologi terkini.
Selanjutnya, peran stimulus fiskal dan realisasi program pemerintah akan berkontribusi positif sebagai penyangga pemulihan ekonomi. Untuk melanjutkan tren pemulihan ekonomi Jawa Tengah yang berkesinambungan, diperlukan langkah nyata dan sinergi kebijakan dalam mempertahankan produktivitas sektor-sektor utama dan menjaga iklim investasi tetap kondusif.
(AHL)
Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.