Pertama mengenai konsensus kepemilikan faktor produksi terutama tanah dan modal. Menurutnya, ketimpangan soal faktor produksi baik tanah maupun modal menjadi penghalang utama untuk memastikan agar produksi sektor pertanian itu jumlahnya cukup, kualitasnya bagus, dan tingkat kesejahteraan yang didapatkan oleh petani benar-benar memadai.
“Dengan struktur kepemilikan faktor produksi seperti ini sulit bagi kita untuk mencapai tujuan besar. Ketimpangan kepemilikan lahan dan modal harus diakhiri, harus ada upaya-upaya keras untuk membuat pemerataan pada aspek faktor produksi ini,” kata Ahmad Erani dalam acara Indonesia’s Strategic Role in the G20: Expert Perspectives, Kamis, 27 Oktober 2022.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Ahmad melanjutkan, dalam hal ini ia juga ingin menghidupkan lagi organisasi ekonomi yang dapat dipahami dan dikerjakan oleh masyarakat indonesia yaitu koperasi. Dengan menghidupkan kembali Koperasi untuk para petani, diharapkan ini semua menjadi bagian pokok dari penguatan bagi petani itu sendiri.
“Kemudian yang ketiga, dalam konsensus skala ekonomi, kita tidak bisa lagi membiarkan para petani itu melakukan produksi secara segmentatif bersyarat yang mengakibatkan produktivitasnya itu rendah, biaya produksinya mahal, dan sekaligus posisi tawar mereka itu rendah.”
“Oleh karena itu, konsensus skala ekonomi dalam bentuk kolektif dan dalam hamparan yang lebih luas pada level kawasan ini merupakan peningkatan masa depan bagi produksi ataupun pendapatan pertanian,” imbuhnya.
Keempat adalah konsensus mengenai nilai tambah. Para petani bukan hanya membutuhkan produksi yang lebih banyak, namun juga membutuhkan adanya kapasitas pengetahuan dan modal untuk bisa menjalankan nilai tambah ekonomi di sektor pertanian.
Kemudian yang terakhir adalah konsensus rantai pasok, tentunya para petani harus ditingkatkan lagi untuk digitalisasinya agar mereka lebih mudah dalam menembus pasar-pasar yang ada.
“Untuk kedepannya, dengan disepakatinya lima konsensus ini dalam KTT G20 nanti, kami berharap kehidupan para petani dapat lebih sejahtera lagi, dari mulai tanah dan modalnya, kemudian secara pengetahuannya, lalu bertambah juga perekonomiannya,” pungkasnya.
(FICKY RAMADHAN)
(HUS)
Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.