tribunwarta.com – DBS Group Research merangkum enam tren utama di iklim investasi untuk triwulan I-2023.
Berdasarkan hasil risetnya, DBS Group menemukan pergantian tahun 2023 menjadi awal yang bagus untuk investor kembali ke portofolio tradisional 60/40, yakni 60% ekuitas dan 40% obligasi.
Adapun enam tren utama iklim investasi di triwulan ini di antaranya:
1. Ekuitas Margin Diskon: AS lebih disukai ketimbang Eropa
Pasar AS ditandai dengan optimisme penuh kehati-hatian karena investor menunggu transmisi pengetatan moneter Bank Sentral AS melalui perekonomian negara itu. Penyimpangan berarti diperkirakan terjadi pada tingkat sektoral.
“DBS Group Research menurunkan peringkat Sektor Barang dan Jasa Mewah serta Material karena konsumsi domestik dan momentum ekonomi diperkirakan melemah. DBS Group Research akan tetap memiliki pandangan konstruktif terhadap Layanan Teknologi dan Komunikasi mengingat momentum pendapatan tangguh dan marjin operasi kuat dan pasar telah memperhitungkan kondisi keuangan mengetat,” kata Hou Wey Fook, Chief Investment Officer DBS Bank, dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat (6/1/2023).
Di seberang Atlantik belum ada kejelasan terkait prospek ekuitas Eropa karena inflasi tinggi dan kondisi moneter ketat. Itu berakibat pada peringkat kinerja di bawah indeks untuk wilayah tersebut. Meskipun demikian, ada titik terang di sektor Farmasi, Barang Mewah, Energi, Teknologi, dan Industri, di perusahaan yang dapat terus bertahan dengan kekuatan sesungguhnya.
2. Ekuitas Asia kecuali Jepang: Diuntungkan oleh pembukaan kembali Tiongkok
Setelah penampilan buruk pada 2022 saat Tiongkok berjuang di tengah protokol pandemi ketat, ekspektasi DBS Group Research akan pembukaan kembali, yang terukur, mulai terwujud. DBS Group Research menegaskan kembali pandangan konstruktif terhadap Tiongkok mengingat langkah positif pemerintah dalam melunakkan kebijakan Covid-Zero, tantangan sektor perumahan, dan sasaran ekonomi, seperti diperkirakan.
Pemilihan waktunya terwujud dalam bentuk penurunan rata-rata biaya dolar. DBS Group Research mendukung sektor berorientasi domestik berada di garis depan pembukaan kembali, misalnya saham perusahaan Tiongkok yang berbasis di Tiongkok daratan (A-shares), Ekonomi Baru, dan platform e-Commerce, barang konsumen buatan Tiongkok, dan penerima manfaat/keuntungan dari pengeluaran aset tetap pemerintah.
Ekonomi ASEAN juga diperkirakan tetap bertahan di tengah perlambatan global, diuntungkan oleh pembukaan kembali Tiongkok, bersamaan dengan pemulihan konsumsi swasta, pariwisata, dan peningkatan belanja infrastruktur. Secara keseluruhan, Asia di luar Jepang menyediakan lahan subur untuk investasi dividen, melalui bank besar Tiongkok, REIT Singapura, dan perusahaan telekomunikasi.
3. Obligasi: Margin diskon dengan peringkat investasi memberikan pendapatan aman dan likuid
Lonjakan imbal hasil telah meningkatkan daya tarik obligasi, dan peluang telah muncul kembali dalam pendapatan tetap bermutu tinggi. DBS Group Research menaikkan peringkat obligasi korporasi margin diskon dengan peringkat investasi menjadi overweight (kinerja akan membaik) untuk triwulan mendatang, dengan bias terhadap pasar kredit bermutu tinggi.
Hal tersebut didasarkan atas sejumlah kondisi. Pertama, imbalan risiko menarik mengingat imbal hasil IG diperdagangkan secara berarti di atas rata-rata 10 tahun. Kedua, utang perusahaan dikelola dengan baik. Ketiga, pelebaran terbatas selisih imbal hasil obligasi IG jika terjadi resesi. Titik teraman tetap berada di segmen berjangka waktu 3-5 tahun untuk kredit dengan peringkat A/BBB.
4. Alternatif: Diversifikasi dengan emas dan aset pribadi
Setelah menunjukkan manfaat diversifikasinya sebagai salah satu kelas aset dengan kinerja terbaik pada tahun 2022 yang penuh gejolak, kami memperkirakan emas akan terus bersinar sebagai aset yang banyak dicari, dan kinerjanya akan bertahan di tengah puncak imbal hasil obligasi dan normalisasi dolar AS. Meskipun demikian, kurs riil positif dan normalisasi kurs lebih lanjut tetap menjadi hambatan berarti untuk emas ditinjau dari perspektif pengembalian.
Aset pribadi menyuguhkan karakteristik bervariasi namun saling melengkapi untuk portofolio 60/40 tradisional. Perubahan ekonomi makro baru-baru ini membawa pengaruh buruk pada aset swasta dalam bentuk lingkungan menantang untuk melikuidasi aset, jatuhnya valuasi perusahaan, dan meningkatnya biaya pinjaman.
Namun, investasi di ekuitas dan utang milik perusahaan swasta terus menawarkan kesempatan investasi jangka panjang menarik, seperti, inovasi yang bertahan dalam jangka panjang, utang swasta dengan bunga mengambang, dan pergeseran sistemik ke infrastruktur terbarukan.