SURYA.CO.ID, PAMEKASAN – Persoalan tembakau yang belum usai pada kualitas panen, harga atau penjualan, sekarang bakal makin runyam. Bahkan para petani tembakau di Pamekasan disarankan memilih tananam alternatif, selain tembakau, yakni tanaman jagung hibrida atau padi.
Salah satu alasannya adalah cuaca ekstrem yang belakangan terjadi di Madura, berpengaruh besar terhadap kualitas tembakau.
Hal itu disampaikan Kepala Bidang Produksi Pertanian Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Peternakan (DKP3) Pamekasan, Achmad Suaidi di sela Raker PWI Pamekasan, dengan tema ‘Menggugah Kejayaan Petani Tembakau Madura dan Upaya Kesejahteraa Petani’, Sabtu (20/8/2022) lalu.
Suaidi mengatakan, petani yang selama ini menanam tembakau diminta beralih ke tanaman alternatif, lantaran komoditas tembakau sudah tidak bisa diandalkan lagi, seperti tahun-tahun sebelumnya.
Menurut Suaidi, beberapa puluh tahun lalu petani tembakau di Madura ini pernah berjaya, sehingga tidak salah jika saat itu tembakau Madura diibaratkan daun emas. Tetapi sekarang anggapan itu sudah sirna dan tidak menarik lagi.
Sehingga pihaknya dengan tegas kepada petani, terutama untuk tanah yang tidak direkomendasi untuk tanam tembakau, segera beralih ke tanaman jagung atau padi. Kalau tanah yang tidak direkomendasi itu dipaksa ditanami tembakau, maka akan mengandung kadar nikotin tinggi yang tidak dikehendaki pabrikan.
“Apa yang kami sarankan ini untuk mengurangi luas areal tanam tembakau dan menjaga kualitas tembakau Madura, agar ketahanan pangan kuat. Karena dengan tambahan luas areal jagung dan padi maka akan ada tambahan keuntungan. Namun keputusan terakhir terletak pada petani tembakau. Kami tidak bisa memaksa petani untuk beralih ke tanaman alternatif,” tambah Suaidi kepada SURYA.
Suaidi menjelaskan, sebelum masa tanam tembakau pada Mei 2022, pihaknya mengumpulkan 150 ketua Kelompok Tani (Poktan) se-Pamekasan, di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Pakong, bahwa pada musim tanah tembakau tahun ini terjadi L Nina (fenomena hujan saat musim kemarau).
Kondisi ini berpengaruh terhadap kualitas tembakau yang ditanam. Dan pihaknya minta agar saran ini disampaikan kepada anggotanya.
Tetapi saran untuk beralih ke tanaman alternatif kurang mendapat tanggapan positif. Rata-rata petani beralasan lahannya sudah diolah untuk persiapan tanaman tembakau dan sudah ada bibit tembakau. Bahkan sudah ada yang menanam tembakau dalam jumlah besar.
“Mereka beranggapan, menanam tembakau masih jadi pilihan utama. Karena sudah membudaya dan terbiasa menanam tembakau. Ini bisa jadi dalam pandangan mereka, tembakau tetap dianggap memiliki nilai ekonomis tinggi dan keuntungannya besar, dibanding tanaman lain,” papar Suaidi.
Ditegaskan, pihaknya menyarankan beralih ke jagung hibrida atau padi, karena kedua komoditas ini juga memilki nilai ekonomis tinggi walau tidak sebesar temabakau. Dan pihaknya menawarkan kepada petani yang mau beralih ke tanaman alternatif, benihnya sudah disediakan cuma-cuma.
Padahal, kata Suaidi, perbandingan keuntungan tanaman alternatif itu lumayan tinggi. Bahkan, kebutuhan non pangan terhadap jagung luar biasa. Karena pada Juli, Agustus dan September ini, permintaan jagung untuk ternak unggas tinggi, sehingga harganya akan terangkat. Dan ini yang tidak terpikirkan petani.
Ditambahkan, akibat cuaca yang tidak menentu di musim tanam tembakau tahun ini, luas areal tembakau menurun. Yakni sebanyak 13.000 hektare. Pada 2022 luasan areal tanaman tembakau 23.500 hektare. Sedang hasil produksi tembakau pada 2022 ini berkisar 11.500 hektare.
Sementara Raker PWI Pamekasan yang digelar di Hotel Odaita itu menghadirkan narasumber Wakil Ketua Komisi II DPRD Pamekasan, Ismail A Rahim. Kepala Bidang; (Kabid) Pembinaan dan Perlindungan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pamekasan, Imam Hidajat; dan Ketua Paguyuban Pelopor Petani Tembakau Madura (P4TM), H Khairul Umam, serta Wakil Ketua P4TM, Abdul Bari. ****
Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.