Paparan bertajuk ‘Menjaga Ketahanan Pangan Kota Kecil di Tengah Ancaman Krisis Global’ kemudian dibahas oleh Riza.
“Liputan saya pada Oktober tahun lalu. Saya ingin menggali cerita. Awalnya ingin melihat apa solusi yang bisa kita beri kepada pemerintah atau masyarakat untuk menjawab tantangan pangan. Karena mengingat waktu pandemi, kebijakan nasional itu sangat berpengaruh, utamanya kebijakan pembatasan sosial, sehingga pasokan makanan di kepulauan yang bergantung pada hubungan antardaerah itu terputus. Di balik itu, saya ingin bercerita seperti apa kita harus menjaga ketahanan pangan?” katanya.
Di kota Baubau, Riza mendapatkan satu pakem cerita. Ternyata di sana ada komunitas urban farming. Tetapi di balik komunitas urban farming itu dia membayangkan apa data yang ingin dia tampilkan agar menjadi perhatian.
“Untuk memperlihatkan situasi dan membangkitkan kepedulian, saya ingin memperlihatkan hipotesa bahwa pandemi global berkontribusi pada meningkatnya kasus bayi gizi buruk dan angka kemiskinan. Para para ahli juga mengatakan, sektor pertanian di wilayah perkotaan terkecil itu terdampak. Jadi dua hal itu memiliki korelasi,” ujar Riza.
Setelah dirinya melakukan reportase, mengulik-kulik data seperti yang diterima saat pelatihan, ternyata ia mendapatkan kesimpulan awal bahwa pandemi sosial berpengaruh pada hasil produksi tani di kota kecil. Setelah itu turunnya produksi pertanian itu berkorelasi terhadap gizi buruk di mana akses untuk mendapatkan makanan saat itu terjadi penurunan.
“Fokus yang saya ingin presentasikan adalah kita berbicara data. Bagaimana data ini menjadi gambaran untuk melihat korelasi itu. Seperti di Baubau, kita melihat, di sini periode tiga tahun, saya mengambil data sebelum pandemi sampai pasca-pandemi 2021 kasus gizi buruk di Baubau naik lima kali lipat. Itu setelah saya mengolah data BPS di kota Baubau. Di mana bisa dilihat angka kemiskinan di tahun 2020 meningkat ketika pandemi berlangsung dan di situ juga terlihat ada titik pertemuan korelasi di mana gizi buruk meningkat,” serunya.
Gizi Buruk Kurang Sayuran
Menurut Riza, data ini sangat mencengangkan. Jadi, ternyata ketika kita melihat data di balik fenomena sesuatu atau fakta-fakta temuan lapangan akan lebih memudahkan kita menyimpulkan dan mendapatkan korelasi nyata yang bisa kita buktikan benar-tidaknya dan hipotesa kita terjawab.
“Saya katakan apa penyebab kasus gizi buruk di kota Baubau ketika itu ternyata ada korelasinya,” cetusnya.
Riza menemukan, kasus gizi buruk itu terjadi karena terjadi penurunan produksi tanaman sayuran dan buah-buahan di kota Baubau. Nilainya mencapai di bawah 2.500 ton. Bisa dibayangkan dari kejadian ini ternyata Covid-19 memberi dampak pada petani. Pasokan rantai makanan mengalami gangguan serius. Pasokan makanan, permintaan pasar terhadap bahan pangan juga menurun. Itu karena aktivitas di luar rumah berkurang.
Dia mengulik dampaknya produktivitas dan hasil pertanian di kota itu semakin menurun. Padahal lahan pertanian, seperti contohnya padi, meningkat tetapi produksi menurun. Lahan untuk pertanian meningkat tetapi produksi tetap menurun. Produksinya menurun dari 2019 ke 2020 dan drastis ke 2021 dan 2001 ini seperti terjun bebas padahal lahan semakin meningkat.
“Pekerja pertanian di kota Baubau itu malahan menurun, dari 268 petani, dan ini tergolong sedikit untuk kota kecil, itu menurun menjadi 120%. Dampaknya seperti apa dari penurunan ini? Kita bisa melihat sampel pada produksi padi yang menjadi kebutuhan pokok. Produksi padi, jika kita melihat, bahwa produksi panen itu seperti tidak ada perubahan. Tetapi ketika kita berbicara produktivitas, itu mengalami penurunan yang sangat jauh. Ini semacam terjun bebas, itu turun lebih 1500 ton. Melihat dari data ini, dari 2200 ton turun ke angka sangat jauh dari produksinya. Dari sekitar angka 10ribuan turun ke angka 9 ribuan. Ini sangat jauh drastis,” tegasnya.
Riza berpendapat, data itu sudah menggambarkan bahwa pemerintah seharusnya sudah menyiapkan rencana-rencana mitigasi jika terjadi pandemi berikutnya, terutama bagaimana menyikapi pembatasan sosial. Mengingat Indonesia memiliki banyak pulau dan banyak kota-kota kecil di balik pulau-pulau itu.
“Saya rasa liputan saya ini sudah bisa dijadikan representasi daerah-daerah lain. Salah satu dokumentasi yang saya bisa perlihatkan ini. Kata warga, dulu mereka ramai kalau bekerja di pertanian, sekarang ini yang bisa dilihat cuma tiga hingga empat orang,” singkapnya.
Solusi Riza, jurnalis lepas dan pembuat film dokumenter, dengan menyajikan kisah perjuangan kelompok urban farming yang ada di Kota Baubau.
Artikel ini bersumber dari www.alinea.id.