Pencapaian ini disebut Khansa sebagai kado dari dirinya dan sang ayah untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia. Pendakian gunung ke-77 Khansa untuk memperingati hari kemerdekaan ke-77 RI tahun ini.
“Alhamdulillah tepat pada peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-77, 17 Agustus 2022 pukul 10.45 waktu Russia atau 14.45 WIB aku dan ayah berhasil mengibarkan bendera merah putih di puncak tertinggi benua Eropa, gunung Elbrus dengan ketinggian 5.642 mdpl,” ujar Khansa.
Ekspedisi ini menghabiskan waktu selama 7 hari, dengan 4 hari aklimatisasi di ketinggian berbeda sebagai strategi yang dilakukan karena Elbrus berada di ketinggian lebih dari 5000 m, di mana oksigen pun akan ikut menipis.
Ekspedisi ini bukan tanpa persiapan dan strategi. Aulia sang ayah menyatakan, strategi pendakian ini membutuhkan penyesuaian tubuh terhadap ketinggian.
“Kan ada 4 kali latihan aklimatisasinya dari yaitu 2700mdpl, 3100 mdpl, 3400 mdpl selanjutnya ke 4500 mdpl. Setelah matang kondisi tubuh kita baru kita bisa melakukan pendakian ke ketinggian 5000 mdpl. Jadi strateginya pendakian sebelum summit hampir tiap hari dilakukan,” terang Aulia.
Gunung Elbrus sendiri dalam komunitas pendaki dikenal sebagai gunung yang tidak terlalu technical. Tetapi persiapan serius yang mencakup kondisi tubuh prima, proses aklimatisasi yang baik akan menjadi faktor penentu kesuksesan pendakian selain faktor cuaca.
Diterjang angin kencang saat menuju puncak
Khansa dan ayahnya bertolak dari basecamp terakhir di ketinggian 3700mdpl menuju puncak pada pukul 03.00 dini hari waktu setempat. Saat mereka berangkat cuaca tampak cerah, mereka sempat menargetkan double summit yaitu puncak West (puncak utama) dan East di Elbrus. Namun dalam perjalanannya mereka mengalami hambatan akibat diterjang angin kencang yang bercampur salju.
“Kami berangkat untuk summit attack sekitar jam 3 malam. Kita bisa melihat gunung Elbrus kelihatan gagah, namun dingin dan angin yang menerjang jadi tantangan yang sangat berat saat itu,” terang Khansa.
Selain itu, angin yang berhembus bercampur dengan salju. Sehingga, kata Khansa, kalau terkena mulut pendaki, maka akan merasakan sakit yang luar biasa.
“Saking kedinginannya aku sampai layer 5 jaket dan tangan sampai kaku banget. Jadi buat bawa carrier aja susah banget. Tapi alhamdulillah aku dan ayah bisa melewati semua tantangan itu dan berhasil sampai di puncak Elbrus untuk mengibarkan bendera merah putih,” cerita Khansa.
Siswi kelas 2 SMA Labschool Jakarta, Rawamangun Jaktim ini juga menambahkan, mereka bahkan tidak bisa mengudap makanan di tengah pendakian karena kesulitan membuka tas akibat kencangnya angin yang menerpa. Beberapa barang milik pendaki lainnya dan Khansa bahkan terbawa angin tersebut.
Aulia yang sebelumnya sudah pernah mencapai puncak Elbrus pada 2017 silam juga mengakui pendakian kali ini baginya lebih berat dibandingkan pendakiannya sebelumnya.
“Kendala pendakian kali ini yang pasti lebih dingin dan angin kencang di kurang lebih pada 500 meter terakhir. Anginnya nggak berhenti-berhenti,” kata Aulia.
“Makin ke atas ketinggian 5000 itu kencang banget. Badan aja goyang, jadi kita ngga bisa ngapa-ngapain dan angin itu bawa serpihan-serpihan salju bisa kena cipratan-cipratannya. Itu yang berat, bisa terhuyung-huyung orang karena di pinggir punggungan. Itu sih tadi yang luar biasa berat,” sambungnya.
Pria berusia 48 tahun itu juga menceritakan bahwa jemari tangannya sempat kaku dan Khansa sempat didera sakit kepala tepat saat menjelang puncak. Tetapi semua kesulitan itu terbayar saat mereka bisa mencapai puncak Elbrus dengan selamat.
Sebelumnya Khansa dan Aulia dilepas secara resmi oleh Menparekraf Sandiaga Uno pada 1 Agustus 2022 siang di kantor Kemenparekraf, Jakarta. Di kesempatan itu ia menerima penyerahan bendera merah putih secara simbolis Menparekraf Sandiaga untuk dikibarkan di puncak Elbrus dalam peringatan HUT ke 77 RI.
(FIR)
Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.