Berduka, Keluarga Korban Penembakan Thailand Berkumpul untuk Berdoa

Berduka, Keluarga Korban Penembakan Thailand Berkumpul untuk Berdoa

Bangkok: Keluarga korban penembakan di Thailand berkumpul di sebuah kuil Buddha untuk berdoa. Mereka memberikan persembahan kepada roh balita yang meninggal terbunuh oleh amukan mantan petugas polisi.
 
Anggota keluarga yang berkabung berkumpul di kuil Rat Samakee, salah satu dari tiga kuil di mana tubuh dari 36 korban akan ditempatkan untuk upacara pemakaman dan kremasi. Dari 36 korban, 24 diantaranya adalah anak-anak.
 
Sementara itu, upacara pemakaman dan kremasi akan dilakukan pada Selasa mendatang.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Kerabat duduk di depan peti mati kecil, berdoa sementara biksu Buddha di sekitar mereka melantunkan doa. Kemudian, mereka menempatkan nampan makanan, mainan, dan susu di sepanjang bagian luar dinding kuil sebagai persembahan kepada arwah anak-anak mereka yang terbunuh.
 
“Hari ini, semua kerabat akan mengadakan upacara untuk membimbing arwah anak-anak kembali ke pura,” ujar Panida Prawana, kerabat korban, dilansir dari Channel News Asia, Minggu, 9 Oktober 2022.
 
Upacara berkabung akan berlanjut selama tiga hari sebelum pemakaman dan kremasi jenazah menurut tradisi Buddhis. Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha diperkirakan akan menghadiri doa malam di salah satu kuil Minggu malam.
 
Baca juga: Cerita Warga Lolos dari Kengerian Penembakan Massal di Thailand
 
Pembunuhan massal pada Kamis lalu itu merupakan yang paling mematikan di negara tersebut. Pelaku membunuh puluhan orang di Pusat Pengembangan Anak-anak di Uthai Sawan dan melukai beberapa lainnya.
 
Ia kemudian meninggalkan pusat penitipan anak dan pulang ke rumah. Lalu ia membunuh istri dan putranya sebelum menghabisi nyawanya sendiri.
 
Polisi mengidentifikasi penyerang sebagai Panya Kamrap, 34, mantan sersan polisi yang dipecat awal tahun ini karena tuduhan narkoba yang melibatkan metamfetamin.
 
Seorang karyawan di tempat penitipan anak mengatakan, putra Panya memang menghadiri pusat tersebut tetapi tidak berada di sana selama sekitar satu bulan. Polisi mengatakan mereka yakin Panya berada di bawah tekanan dari ketegangan antara dia dan istrinya, dan masalah uang.
 
Pembunuhan massal di Thailand jarang terjadi. Pada 2020, seorang tentara yang tidak puas melepaskan tembakan di dalam dan sekitar sebuah mal di kota timur laut Nakhon Ratchasima, menewaskan 29 orang dan menahan pasukan keamanan selama sekitar 16 jam sebelum dibunuh oleh mereka.
 
Sebelum itu, pengeboman 2015 dilakukan di sebuah kuil di Bangkok yang menewaskan 20 orang. Diduga oleh pedagang manusia sebagai pembalasan atas tindakan keras terhadap jaringan mereka.
 

(FJR)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *