SURYA.CO.ID, BLITAR – Jumlah kasus balita stunting atau kekerdilan di Kota Blitar pada 2022 naik sekitar 0,5 persen, jika dibandingkan pada 2021.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Blitar mendeteksi, ada 450 balita stunting atau sekitar 5,8 persen dari 7.000 balita yang telah dilakukan pengukuran tinggi dan berat badan pada 2022.
Sedang pada 2021, ditemukan ada 416 balita stunting atau sekitar 5,3 persen dari hasil bulan timbang sebanyak 7.000 balita oleh kader Posyandu di Kota Blitar.
“Angka stunting di Kota Blitar sebenarnya kecil. Tapi ada peningkatan kasus stunting pada 2022. Pada 2021, kasus stunting hanya 5,3 persen dan 2022 ini kasus stunting naik jadi 5,8 persen,” kata Kepala Dinkes Kota Blitar, Dharma Setiawan, Selasa (4/10/2022).
Untuk itu, kata Dharma, Dinkes membuat beberapa terobosan untuk menekan angka kasus stunting di Kota Blitar.
Salah satunya, Dinkes meluncurkan aplikasi Sistem Informasi Posyandu Kota Blitar (SIPKOI) dan Cafe Peduli Stunting pada Selasa (4/10/2022).
Aplikasi SIPKOI ini sebagai informasi data balita dan data kasus stunting di Kota Blitar. Sedang Cafe Peduli Stunting sebagai wadah sosialisasi dan edukasi terkait stunting kepada para remaja usia produktif.
“Bersamaan dengan itu, hari ini kami juga mengadakan rembuk stunting dengan lintas sektor, baik dari OPD, Polri, dan TNI untuk mencari langkah-langkah pencegahan kasus stunting di Kota Blitar,” ujarnya.
Dharma juga berharap program Cafe Peduli Stunting bisa menekan angka kasus stunting di Kota Blitar. Ada 48 Cafe yang sudah didata Dinkes untuk ikut Program Cafe Peduli Stunting.
Dari 48 Cafe yang didata, sudah ada 17 Cafe yang mengikuti sosialisasi. Sedang dari 17 Cafe yang mengikuti sosialisasi sudah ada dua Cafe yang melakukan sosialisasi dan edukasi tentang stunting kepada masyarakat.
“Kami sudah mendata 48 Cafe di Kota Blitar yang sering dikunjungi para pemuda dan kaum produktif untuk membantu sosialisasi terkait pencegahan stunting,” ujarnya.
Wali Kota Blitar, Santoso mengatakan, Pemerintah Pusat menargetkan angka stunting secara nasional turun dari 24,40 persen menjadi 14 persen pada 2024.
Sedang untuk Kota Blitar, kata Santoso diharapkan bisa zero stunting pada 2024.
“Oleh karena itu dibutuhkan terobosan-terobosan seperti yang dilakukan Dinkes Kota Blitar dengan meluncurkan aplikasi SIPKOI, Rembuk Stunting, dan Cafe Peduli Stunting yang diharapkan bisa menekan angka kasus stunting,” katanya.
Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.