Namun, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang beralih ke digital berkembang pesat. Selama pandemi, transaksi di pasar online meningkat 26 persen dengan 3,1 juta transaksi per hari, diikuti oleh peningkatan distribusi 35 persen.
Peningkatan transaksi tersebut dipengaruhi oleh perubahan perilaku konsumen untuk berbelanja online yang didorong oleh Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Perilaku belanja online masih prospektif seiring dengan pertumbuhan pengguna smartphone dan internet di Indonesia. Tahun ini mungkin waktu yang tepat untuk meningkatkan pendapatan dan pendapatan usaha kecil Anda.
Dari perspektif makro, ada peluang dan optimisme yang sangat besar. Perekonomian Indonesia diprediksi akan lebih kuat mulai tahun ini hingga 2023. Asian Development Outlook (ADO) 2022 melaporkan bahwa tahun ini tumbuh menjadi 5,0 persen dan akan sedikit meningkat menjadi 5,2 persen tahun depan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Pertumbuhan tersebut didorong oleh aktivitas ekonomi yang kembali normal, setelah dua tahun pandemi Covid-19. Daya beli konsumen dan aktivitas manufaktur juga diperkirakan tumbuh, sejalan dengan peningkatan pendapatan, pekerjaan, dan kepercayaan.
Peluang terbesar datang dari pertumbuhan e-commerce Indonesia sebesar 23,8 persen tahun ini yang dapat memicu UKM untuk mengembangkan usahanya dan menjadi penopang perekonomian nasional yang kuat.
Pemerintah Indonesia juga telah mengembangkan strategi untuk membangun sektor UKM yang kuat dengan menyalurkan program kredit mikro yang memungkinkan bank umum di Indonesia menyediakan modal kerja dengan tingkat bunga yang lebih rendah, dibandingkan dengan sebagian besar pinjaman mikro lainnya. Pada tahun 2021, pemerintah telah mengucurkan Rp281,86 triliun dan ditargetkan bisa mengucurkan Rp378 triliun hingga Juni 2022.
Terbukti bahwa pemasaran digital telah membuat UKM beradaptasi selama Covid-19, mendorong efektivitas biaya, dan menonjol di antara para pesaing dan meningkatkan keterlibatan konsumen.
Berdasarkan data dari Google, Temasek, dan Bain & Company, nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai USD146 miliar atau Rp2.100 triliun pada tahun 2025. Nilai yang besar tersebut seharusnya menjadi peluang nyata bagi UKM untuk memasuki dunia digital.
Terlebih lagi, pemerintah telah mengembangkan cetak biru ekonomi dan keuangan digital, dengan 62,9 juta UKM dapat diserap ke dalam keuangan formal untuk mencapai ekonomi berkelanjutan melalui digitalisasi.
Bank Indonesia juga menyiapkan perubahan dalam pembayaran digital berupa QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), sebagai pintu masuk bagi UKM ke ekosistem dan keuangan digital.
Dengan masa depan yang cerah dan dukungan yang kuat, kini UKM membutuhkan dukungan khusus dalam optimalisasi pemasaran digital. Sebagian besar UKM di Indonesia belum mengetahui adanya dana khusus untuk mengoptimalkan awareness di media sosial dan marketplace.
Layanan pembiayaan Jenfi diklaim secara khusus terbatas pada layanan pertumbuhan seperti Facebook, Instagram, LinkedIn, atau layanan periklanan Google. Hal ini memastikan bahwa pendanaan hanya bisa digunakan untuk menghasilkan pendapatan dan dilacak dengan mengintegrasikan akun pendapatan bisnis pada layanan seperti Shopify, Stripe, Braintree, Lazada, Shopee, dan Tokopedia.
Model bisnis ini memastikan bahwa Jenfi hanya diuntungkan ketika perusahaan menghasilkan pendapatan dari modal pertumbuhan yang diberikan.
Sebelum memberikan pendanaan, Jenfi juga memberikan penilaian risiko otomatis yang melayani perusahaan dalam ekonomi digital. Ini membantu mengurangi risiko bagi perusahaan, sementara juga dapat menilai stabilitas keuangan bisnis secara akurat dibandingkan dengan sebagian besar layanan penilaian tradisional.
Jenfi telah membantu ratusan perusahaan digital-native di Asia Tenggara, termasuk layanan bisnis B2B, B2C, dan SaaS. Alternatif pendanaan Jenfi dapat menjadi solusi bagi UKM untuk mendongkrak pendapatan seiring dengan berkembangnya sektor e-commerce di Indonesia.
Menawarkan konsep pendanaan berbasis pendapatan yang fleksibel, Jenfi dapat dengan mudah diakses baik untuk UKM yang ingin mengoptimalkan pinjaman kredit dari pemerintah maupun mereka yang tidak memiliki akses pinjaman.
Selain itu, ketika brand awareness UKM meningkat, maka peluang bisnis akan membuka pintu bagi lebih banyak UKM di Indonesia dan pada akhirnya akan meningkatkan daya saing mereka di pasar nasional dan dunia.
(MMI)
Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.