tribunwarta.com – Petani cabai rawit hijau dan merah di Majalengka kini tengah menikmati harga mahal sejak sebulan terakhir.
Harga di tingkat petani mencapai Rp45.000 per kilogram sedangkan di pasar tradisional mencapai Rp75.000 per kilogram.
Eye petani asal Blok Cikenong, Desa Heuleut, Kecamatan Kadipate mengaku bersyukur hasil panenya kini bagus dengan harga cukup mahal.
Tanaman cabainya kini sudah dua kali dipanen, pada panen pertama harga jualnya sebesar Rp30.000 pada 10 hari lalu dan pada saat panen kedua pada Kamis, 5 Januari 2023 harga jual sudah naik mencapai Rp45.000 per kilogram.
Saat menjual pun menurutnya tidak perlu membawanya ke pasar atau bandar melainkan bandar yang datang langsung ke kebun. Begitu selesai panen seluruh hasilnya ditimbang dan dibayar secara kontan.
“Biasanya dijual ke pasar tapi sekarang bandar yang datang ke kebun. Pembelinya pedagang asal Talaga,” ujar Eye.
Sayangnya menurut Eye, dirinya tidak menanam secara luas karena keterbatasan modal.
Saat ini dia hanya menanam seluas 100 bata di Blok Wesel tidak jauh dari rumahnya. Dari lahan seluas itu diperkirakan tiga kali panen sudah kembali modal tanam yang mencapai Rp10 juta. Setelah itu mengambil keuntungan dari tanamannya.
Cabai rawit menurutnya bisa dipanen hingga 10 kali panen dengan jarak panen sekitar tujuh hari sekali atau 10 hari jika hasil ingin maksimal.
“Ari tos mendak harga sok hanjakal teu melak seueur (Kalau harga mahal menyesal tidak memanam lebih luas),” katanya.
Hal yang sama diungkapkan Wispa petani di Desa Nunuk yang juga tengah panen cabai rawit .
Para petani di wilayahnya menanam cabai tumpangsari dengan tanaman bawang merah.Bawang merah ditanam bersamaan dengan cabai rawit , ketika bawang dipanen tinggal tersisa tanaman cabai.
Tanaman cabainya diperkirakan mulai bisa dipanen tiga hari mendatang dan berharap masih bisa menikmati harga mahal seperti halnya para petani lain di desanya. Penjualan sayuran dari wilayahnya dikirim ke Pasar Induk Maja.
“Kebanyakan di kami ini tumpangsari dengan bawang merah, hanya di kami yang ditanam cabai acung yang dikenal pedas, buahnya lumayan lebat,” ujar Wisma.
Dari luas 100 bata bisa dipanen hampir 1 kwintal tergantung kondisi buah. Biasanya panen pertama tidak masksimal baru panen kedua dan seterunya hasil lebih banyak apalagi jika tanaman terus mendapatkan pupuk dan disemprot agar tidak terkena hama galing.
Sementara itu harga cabai rawit di pasar tradisional di Majalengka mencapai Rp75.000 per kilogram, kenaikan harga sudah berlangsung beberapa pekan terakhir.
Ketika harga naik langsung melesat dari Rp40.000 ke Rp60.000 per kilogram, sekarang harga sudah naik lagi kenaikannya mencapai Rp15.000 untuk setiap kilonya.
“Harga cabai semua lagi pedas, sepedas rasanya,” ujar Didi salah seorang pedagang cabe di Pasar Cigasong.***