tribunwarta.com – Sejumlah emiten farmasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) merasakan dampak kebijakan penarikan obat sirop seluruh produsen farmasi. Pemerintah melarang penggunaan obat sirop semua merek perusahaan farmasi karena khawatir kandungan racun etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG).
Larangan itu di tengah melonjaknya kasus gagal ginjal akut yang menyebabkan 99 anak di Indonesia meninggal. Berikut pergerakan saham emiten-emiten farmasi pada Jumat (21/10):
BACA JUGA
Distribusi Obat Sirop Disetop, Saham Emiten Farmasi Kena Imbas
Dari daftar tersebut, tiga emiten farmasi mengalami kenaikan saham, yakni: PT Kimia Farma Tbk, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, serta PT Kimia Farma Tbk. Sedangkan, saham Kalbe Farma satu-satunya yang turun.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Ezaridho Ibnutama menilai, dampak dari masalah ini tidak terlalu signifikan terhadap kinerja keuangan secara keseluruhan. Baik kinerja keuangan kuartal keempat dan kuartal berikutnya pada masing-masing perusahaan farmasi.
“Karena portofolio dan segmen produk masing-masing perusahaan farmasi yang beragam, dampaknya seharusnya tidak terlalu signifikan,” kata Ezaridho kepada Katadata.co.id, dikutip Jumat (21/10).
BACA JUGA
Produsen Obat Sirop Berbahaya Bisa Kena Pidana 10 Tahun, Ini Aturannya
Dia mengatakan, pada paruh tahun ini, misalnya Kalbe Farma, kontributor segmen pendapatan kotor terbesar kedua dan ketiga emiten berkode KLBF itu berasal dari obat resep dan kesehatan konsumen masing-masing sebesar 26% dan 21%.
“Karena Kementerian Kesehatan telah memerintahkan untuk menarik obat cair dari rak apotek, kami berpendapat segmen resep dan kesehatan konsumen masing-masing akan turun pada kuartal keempat,” kata dia.
Secara keseluruhan, saham sektor kesehatan hari ini naik 0,49%, bersamaan dengan bergeraknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun di zona hijau. Pada hari ini IHSG ditutup dengan kenaikan 0,53% ke level 7.077. Mayoritas sektor perdagangan bursa Tanah Air menguat, dipimpin oleh sektor keuangan yang naik 1,53%.