tribunwarta.com – Setelah resesi seks , kini Korea Selatan ( Korsel ) dilanda fenomena ‘godoksa’. Pada tahun 2021, sekitar 3.000 orang di Korsel meninggal sendirian dalam keadaan sebatangkara .
Dilansir dari Korea Times, godoksa merupakan kasus di mana seseorang meninggal di rumah sendirian , dan mayatnya ditemukan setelah berhari-hari ia tidak terlihat, lantaran terputus dari anggota keluarga dan kerabatnya.
Menanggapi kembalinya fenomena godoksa di tahun 2022, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korsel mulai berbenah diri dengan memetakan kasusnya
Pemetaan tersebut dilakukan dengan menyelidiki mayat-mayat godoksa sejak April lalu, dan mengumumkan hasilnya di bulan Desember.
Lebih lanjut, Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Cho Kyoo-hong mengatakan bahwa pemerintah pusat dan daerah akan mengambil tindakan bertanggung jawab.
Pihak-pihak terkait akan saling berkoordinasi untuk mengatasinya melalui sistem kesejahteraan sosial di Korea Selatan .
Negara Inggris dan Jepang di sisi lain baru-baru ini meluncurkan organisasi yang khusus menangani fenomena semacam godoksa. Hal itu akan ditiru oleh Cho di tahun 2023.
“Kami akan menyiapkan rencana induk untuk mencegah kematian (godoksa) tersebut dengan pihak yang relevan. Lembaga (akan beroperasi) pada kuartal pertama 2023,” kata Cho.
Menurut kementerian, jumlah orang yang meninggal sendirian terus meningkat selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2021 misalnya, ada total 3.378 orang meninggal sendirian di Korsel .
Jumlahnya meningkat secara bertahap dari 2.412 pada 2017 menjadi 3.378 pada 2021, dengan sedikit penurunan pada 2019, yaitu dari 3.048 pada 2018 menurun ke angka 2.949.
Dari data yang ada, kematian godoksa paling sering terjadi di Provinsi Gyeonggi (3.185 kasus), diikuti oleh Seoul (2.748) dan Busan (1.408) selama lima tahun terakhir. Sedang Kota Sejong terendah dengan 54 kasus.
Dalam fenomena godoksa, jumlah pria yang meninggal sendirian bisa empat sampai lima kali lebih banyak daripada wanita. Gapnya melebar di tahun 2021 jadi 5,3 kali lipat.
Pada tahun 2021, 2.187 pria meninggal sendirian sementara 529 wanita meninggal dengan cara tersebut.
Berdasarkan usia, lebih dari separuh korban godoksa berusia 50-an dan 60-an. Orang berusia 20-an dan 30-an mencapai tujuh persen dari jumlah totalnya.
Masih dari data media Koran Times, motif kematian didominasi oleh bunuh diri daripada penyakit. Untuk itu mental health terus digencarkan di negeri ginseng.
“Orang yang meninggal sendirian seolah merendahkan martabat manusia sebab mayat ditemukan sudah sangat membusuk lantaran diabaikan dalam waktu lama,” kata Kim Mi-ae, dari People Power Party dan Ewha Institute for Age Integration Research.
“Ini akan menjadi masalah sosial yang (lebih) serius dan membutuhkan kewaspadaan serta kemauan setiap anggota sosial untuk menyelesaikannya,” ucap dia lagi. ***