TRIBUNWOW.COM – Sebuah perusahaan keamanan siber bernama Palo Alto melaporkan adanya serangan sejumlah hacker yang diduga merupakan mata-mata Rusia.
Serangan peretasan diketahui memanfaatkan pelayanan perangkat penyimpanan daring seperti Google Drive dan Dropbox untuk menghindari agar tidak terdeteksi.
Dikutip TribunWow.com dari skynews, serangan hacker ini mengincar negara-negara anggota NATO.
Baca juga: Diberitakan Media Ukraina Ikut Bantu Pengiriman Senjata ke Kyiv, Hongaria Buru-buru Klarifikasi
Serangan peretasan dilakukan dengan cara mengirimkan email phising yang berisi agenda pertemuan dengan duta besar sebagai umpan.
Email ini kemudian dikirimkan ke beberapa misi diplomatik NATO sejak bulan Mei lalu hingga Juni.
Menurut keterangan Palo Alto, hacker yang terlibat dalam serangan ini juga pernah terlibat dalam kasus peretasan SolarWinds 2020 yang menyebabkan bocornya data sembilan agensi pemerintah AS ke tangan mata-mata Rusia.
Sebelumnya diberitakan, peretas RaHDIt Rusia mengatakan kantor kepresidenan Kyiv telah berperan membantu Moskow menangkap kelompok Ukraina di dekat Mariupol
Dilansir TribunWow.com, secara tidak langsung pemerintahan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky diklaim telah membuat pasukannya ditahan karena instruksinya sendiri.
Seperti dilaporkan media Rusia RIA Novosti, Selasa (12/7/2022), perwakilan kelompok peretas RaHDIt menyebut ada alasan mengapa pengepungan sekelompok besar pasukan Ukraina di dekat Mariupol menjadi mungkin.
Baca juga: Serangan Ukraina Ingatkan pada Bom Atom Hiroshima-Nagasaki, Pejabat Kherson Pro-Rusia: Kami Terkejut
Sumber anonim itu mengatakan bahwa hal ini dinilai berkaitan dengan instruksi ketat Kyiv untuk tidak menyerahkan kota itu.
“Perwakilan Staf Umum menawarkan (Ukraina-red) untuk mundur dari Mariupol, untuk menarik pasukan,” ujar sang peretas.
“Dan ketika mereka dilarang melakukan ini, akibatnya, selain batalyon nasionalis Azov, marinir dan pertahanan datang ke Azovstal, dan siapa pun yang ada di sana, mereka semua dikepung semata-mata karena kantor presiden mengatakan bahwa tidak akan pernah ada mundur dari Mariupol,” terangnya.
Menurut peretas RaHDIt tersebut, dari sudut pandang militer, para prajurit berpendapat bahwa hal ini sesungguhnya tidak pantas.
“Anda tidak dapat melakukannya, tetapi kantor presiden memutuskan secara berbeda. Tetapi dari Lysychansk, militer tetap berhasil meyakinkan para pemimpin mereka untuk pergi,” kata peretas Rusia itu.
Baca juga: Klaim Iran akan Kirim Drone ke Rusia, AS Sebut Ada Pelatihan Khusus untuk Serang Ukraina
Artikel ini bersumber dari wow.tribunnews.com.