tribunwarta.com – Ekonomi Jepang menyusut 0,2% pada kuartal ketiga (Q3) 2022. Hal ini merupakan revisi setelah sebelumnya Negeri Sakura mencatatkan penurunan sebesar 0,3%.
Dalam data yang dirilis Kantor Kabinet Jepang, Kamis (8/12/2022), ini merupakan penurunan pertama setelah setelah pertumbuhan 1,1% pada Q2 2022.
“Ini adalah kontraksi pertama dalam ekonomi sejak Q3 2021, di tengah tekanan inflasi global dan penurunan yen,” tulis Trading Economics.
Ekonomi lesu akibat biaya impor yang tinggi dan konsumsi swasta yang lemah. Berakhirnya pembatasan Covid-19 tak membantu banyak pertumbuhan.
Selain itu, ekspor Jepang juga terbukti mengalami pelemahan. Tokyo baru-baru ini melaporkan defisit perdagangan yang lebih besar dari perkiraan sebesar US$ 15 miliar untuk bulan Oktober. Ekspor naik 25,3%, lebih lambat dari pertumbuhan tahun-ke-tahun sebesar 28,9% yang terlihat di bulan September.
Hal ini membuat ekonom senior Jepang di Capital Economics, Marcel Thieliant, memprediksi negara itu akan jatuh dalam resesi. Hal itu diramalkan terjadi tahun depan.
“Kami pikir ekonomi Jepang akan memasuki resesi tahun depan. Resesi sebagian besar akan didorong oleh penurunan ekspor dan juga dengan menjadi lebih berhati-hati, yang biasanya Anda lihat ketika ekspor mulai turun,” katanya kepada CNBC International.
Thieliant mengatakan dengan situasi perekonomian seperti ini, bank sentral Bank of Japan (BoJ) kemungkinan tidak akan melakukan kenaikan suku bunga meski inflasi di negara itu sempat menembus rekor 3,6%, tertinggi dalam 40 tahun dan lebih tinggi dari target BoJ sebesar 2%.
“Dalam lingkungan itu, akan sangat berani untuk mengetatkan kebijakan moneter,” katanya.