Meikarta, Jangan Sampai Mangkrak Lagi

Meikarta, Jangan Sampai Mangkrak Lagi

tribunwarta.com – Meikarta lagi-lagi kembali membawa sebuah kekecewaan bagi pembelinya. Hunian yang dibangun pada tanah seluas 100 hektar kembali memberikan harapan palsu. Entah apa yang tertulis pada isi perjanjian antara pembeli dan penerima, akan tetapi setelah bertahun-tahun proyek berjalan masih belum menunjukkan tanda-tanda kapan akan selesai, bahkan ada beberapa pelanggan yang menyatakan bahwa bangunan yang telah dicicilnya mangkrak masih berupa kubangan.

Para penghuni pernah berandai-andai apabila di tahun ini huniannya telah beres dan siap ditempati, bahkan ada juga sepasang muda-mudi yang kala itu membeli apartemen Maikarta sebelum memasuki acara pernikahan, tapi setelah memiliki anak bangunan impiannya tersebut masih belum juga selesai.

Kontroversialnya, proyek Meikarta dari awal memang sudah mendapat beberapa pantangan dari berbagai pihak, termasuk Deddy Mizwar sebagai eks Wakil Gubernur, bahkan yang menghebohkan lagi dari awal pembangunan tersebut beberapa kasus suap sudah terjadi di berbagai lini.

Lantas bagaimanakah nanti untuk uang yang telah dibayarkan, mengingat meski bangunan belum siap dihuni, tapi cicilannya terus berlanjut.

PT. Lippo Cikarang, pihak penyelenggara proyek kini telah meminta konfirmasi kepada pengembang, yaitu PT. Mahkota Sentosa Utama (MSU) apa yang terjadi sebenarnya hingga permasalahan tersebut mencuat sampai ke publik bagaikan bola salju.

Pihak pengembang pun juga tidak mau disalahkan sepenuhnya atas keterlambatan, pasalnya pengadilan telah memutuskan homologasi dan pengalihtanganan tersebut berlaku secara bertahap hingga tahun 2027.

Di sisi lain orang-orang yang telah membeli unit apartemen tersebut tentunya merasa terkatung-katung apabila yang dibelinya tidak segera terwujud, bahkan sebelumnya Meikarta terkesan mangkak, apalagi ditambah dengan isu-isu tak sedap berseliweran.

Bisa jadi sejak awal pihak Meikarta tidak memberitahu secara terperinci kapan selesainya apartemen tersebut, atau bahkan sebenarnya sudah ada perjanjian selama berapa tahun apartemennya selesai, hanya saja orang-orang tidak membaca kontrak yang tertera, mereka langsung tanda tangan lembar demi lembar, sehingga apabila terjadi sesuatu pihak perusahaan berkilah dan menunjukkan sebuah perjanjian jika si pembeli telah setuju.

Meikarta sendiri digadang-gadang akan menjadi sebuah lokasi yang strategis, apalagi banyak janji-janji manis yang mengatakan bahwa tempat tersebut sangat cocok untuk kaum milenial yang dinamis. Namun, sayang saat ini banyak yang merasa dirugikan.

Yang menjadi kekhawatiran saat ini di benak para pembeli adalah bagaimana jika apartemennya tidak jadi, padahal sudah membayar angsuran secara terus menerus, akhirnya akan menjadi sebuah investasi bodong.

Adalah sebuah hal yang menyenangkan apabila memiliki sebuah hunian di lingkungan elit dan juga banyak fasilitas yang bisa menjadi pelengkap, memang apartemen adalah sebuah tempat tinggal yang lebih terjangkau bila dibandingkan dengan membeli sebuah hunian rumah di daerah perkotaan, yang tentu akan membutuhkan sebuah biaya yang tidak sedikit.

Anak generasi milenial dan setelahnya memang sangat menyukai sesuatu yang cepat dan ringkas tanpa ribet, apalagi sejak kecil hidup beriringan dengan teknologi.

Namun, meski dikaruniai dengan derasnya informasi maupun teknologi mereka cenderung menonton apa yang lebih mereka sukai tanpa membandingkan dari sudut pandang lain, pada kesadaran literasi tingkat baca dengan jumlah kata lebih dari seribu kata mereka cenderung lebih malas. Jangan-jangan sebenarnya di perjanjian sudah ada kapan batas minimal dan batas maksimal serah terima, hanya saja karena rasa malas untuk membaca lebih mendominasi, menjadikan mereka kurang tertarik untuk membaca perjanjian secara lebih detail.

Karenanyalah tetap dibutuhkan sebuah kehati-hatian pada sebuah transaksi di era teknologi ini. Meski kegiatan membaca kelihatan seolah-olah menghabiskan waktu, tapi setidaknya ketika paham dengan sebuah perjanjian tertulis akan lebih mengetahui plus dan juga minus barang yang akan dibeli, apalagi yang dibeli memiliki nilai yang besar, misalkan rumah rumah yang kelak akan dimanfaatkan sebagai tempat tinggal dengan jangka waktu yang cukup lama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *