tribunwarta.com – Rumah adat warga Sasak Ende tergolong unik lantaran menggunakan kotoran sapi sebagai perekat lantainya. Rumah ini bisa dijumpai di Desa Wisata Sasak Ende di Sengkol, Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.
Pemandu wisata sekaligus warga Sasak Ende, Alvin, menyampaikan bahwa rumah adat sasak bernama bale tani.
“Bale artinya rumah, sedangkan tani artinya tani, disesuaikan dengan kondisi kami di sini yang memang pekerjaan mayoritas adalah petani (beras),” ucap Alvin kepada Kompas.com di Desa Wisata Sasak Ende, Selasa (6/12/2022).
Ia melanjutkan, struktur rumah adat sasak terdiri dari batu yang dilapisi tanah liat. Rumah adat ini terbagi menjadi dua ruangan, dengan satu ruangan berada lebih tinggi daripada ruangan lainnya.
Seluruh lantai ruangan ini dilapisi oleh kotoran sapi karena ada alasan tersendiri. Warga Sasak Ende, ujarnya, pada zaman dahulu membajak sawah dengan menggunakan sapi. Sebagai bentuk rasa syukur maka warga lantas menggunakan kotoran sapi itu.
“Orangtua kami dulu itu menggunakan jasa sapi sebagai traktor tradisional, jadi kurang lebih (menggunakan kotoran sapi) adalah ungkapan rasa syukur,” tuturnya.
Proses pelumuran lantai rumah dengan kotoran sapi
Adapun proses pelapisan ini diawali dengan mengambil kotoran sapi yang masih segar atau baru keluar dari sapi dalam kurun waktu 1-2 jam. Kotoran ini lalu dicampur dengan air yang tak terlalu banyak.
Setelah itu, dengan menggunakan tangan, warga melumuri lantai rumah mereka dengan campuran kotoran sapi tadi. Proses ini dilakukan setiap dua minggu sekali atau saat lapisan campuran kotoran sapi ini retak.
“Di bagian permukaan secara keseluruhan, dipel dengan kotoran sapi. walaupun mungkin sekilas pandang ini terlihat (seperti semen). Tapi ini bukan semen, ini memang kotoran sapi. Memang bisa dilihat serat rumput yang dimakan oleh sapi,” jelas Alvin.
“Satu kali dalam dua minggu, itu rata-ratanya (proses pelumuran campuran kotoran sapi dilakukan),” sambungnya.
Berfungsi untuk mengusir lalat dan nyamuk
Alvin menerangkan, meski kerap dilapisi oleh campuran kotoran sapi, lantai rumah adat warga Sasak Ende tidak pernah menebal karena lapisan ini lambat laun menjadi debu.
Warga Sasak Ende, kata Alvin, lantas menyapu debu dari campuran kotoran sapi itu menggunakan sapu yang terbuat dari tangkai padi.
“Setiap kali dipel, terasa sudah kotor, keseringan diinjak, kan akan berubah menjadi debu juga. Jadi nanti disapu, dia (campuran kotoran sapi) akan terkikis. Kalau sudah retak atau terkelupas, direkatkan kembali pakai kotoran sapi itu,” terangnya.
Ia melanjutkan, campuran kotoran sapi ini mampu mengusir lalat dan nyamuk.
Selain itu, kata dia, warga Sasak Ende yang tidur menggunakan tikar plastik di lantai yang dilapisi campuran kotoran sapi ini kabarnya juga bisa terhindar dari strok.
“Tatkala tidur, mereka (warga Sasak Ende) menggunakan tikar plastik atau tikar tradisional, pakai bantal dan kain yang mereka tenun, sesimpel itu,” kata Alvin.
“Jadi, jereka di sini terhindar dari penyakit strok, itu survei kesehatan. Jadi di sini tidak ada yang terkena penyakit strok, ya alhamdulillah,” lanjut dia.
Lantai terasa dingin dan tidak berbau
Berdasarkan pantauan Kompas.com di Desa Wisata Sasak Ende, lantai rumah adat Sasak Ende tampak tidak dilapisi ubin layaknya rumah masa kini.
Lantai rumah mereka berwarna coklat muda dengan tekstur yang tidak rata. Ada sebagian lantai yang tampak sudah retak.
Lantai rumah adat ini pun terasa dingin di telapak kaki. Tak ada bau menyengat meski dilapisi kotoran sapi.
Sebagai informasi, rumah adat Sasak Ende berdinding anyaman kayu dengan beratapkan anyaman alang-alang.
Bagian dalam salah satu rumah di tempat ini terbagi menjadi dua bagian. Satu bagian dipakai untuk kamar tidur, bagian lain dipakai untuk area bekerja.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.