UMKM Nasi Uduk Naik Kelas di Masa Pandemi

UMKM Nasi Uduk Naik Kelas di Masa Pandemi

tribunwarta.com – Tak terasa pandemi Covid-19 sudah berlangsung lebih dari dua tahun dan menyebabkan terbatasnya mobilitas masyarakat. Pandemi ini tentu saja berdampak kepada berbagai sektor tak terkecuali sektor ekonomi dalam berbagai cakupan skala. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) mengatakan bahwa UMKM merupakan salah satu yang rentan terdampak pada kondisi ini. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Kemenkop UKM, terdapat 37.000 UMKM melaporkan terkena dampak serius dari pandemi Covid-19. Pandemi nyatanya juga menciptakan perubahan perilaku masyarakat, yang membuat masyarakat lebih memilih memenuhi kebutuhannya dengan tetap dirumah saja.

Bagi para pelaku usaha UMKM, adaptasi dan melakukan kreasi dengan pendekatan digital menjadi suatu tantangan dan keharusan. Mampu menemukan peluang baru dan tetap survive di era digital. Hal inilah yang menjadi kian maraknya bisnis berbasis digital. Namun, dalam kenyataannya masih banyak UMKM yang mengalami kesulitan beradaptasi. Hal ini disesabkan karena masih banyak UMKM yang hanya mengandalkan tatap muka atau pertemuan fisik antara penjual dan pembeli.

UMKM Nasi Uduk Mamah Ica yang berlokasi di Jl. Gotong royong, Rt. 16 Rw. 02, Gang H. Abdul hamid No. 4E Pondok bambu, Kecamatan Duren sawit, Kota Jakarta timur, merupakan salah satu UMKM kuliner yang mengalami peningkatan pejualan di masa pandemi. Hal ini tentu saja menjadi keistimewaaan pada UMKM Nasi Uduk Mamah Ica karena berdasarkan pernyataan OECD sebelumnya, bahwa UMKM merupakan salah satu bisnis yang rentan terhadap dampak pandemi. Yang diperkuat juga dari hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) dan Asosiasi Business Development Services Indonesia (ABDSI) dimana UMKM yang mengalami peningkatan penjualan selama pandemi memiliki persentase paling kecil yaitu kurang dari 5%.

Meskipun pada awalnya UMKM ini hanya berfokus kepada penjualan langsung atau tatap muka. Namun, sejak hadirnya pandemi dan perkembangan era digital UMKM Nasi Uduk Mamah mulai melebarkan bisnisnya dengan melakukan penjualan secara online atau berbasis digital. UMKM ini berdiri sejak tahun 2010 dan memulai menggunakan penjualan online pada tahun 2020. UMKM Nasi Uduk Mamah Ica mengalami perkembangan yang luar biasa sejak melakukan penjualan berbasis digital yaitu dengan bermitra bersama GoFood, GrabFood, ShoppeFood. Mulai dari peningkatan penjualan yang sebelumnya hanya dapat mejual 3-8 liter nasi uduk dalam sehari, kini bisa menjual 15-20 liter dalam sehari. Hal ini karena target pasar pembelinya yang kini semakin luas, tidak hanya mengandalkan warga sekitar saja, kini UMKM dapat menjaring calon konsumen lebih luas dengan radius jarak maksimal 25KM dari lokasi UMKM.

UMKM sadar target pasar yang semakin luas ini diikuti juga dengan saingan yang semakin banyak, sehingga menuntut UMKM bukan hanya berinovasi dalam saluran penjualannya saja namun juga dari dalam. UMKM mulai memperbanyak variasi menu dari 15 menu menjadi 38 menu, meningkatkan tampilan toko seperti pemasangan spanduk, menggunakan etalase untuk penataan tampilan produknya sehingga tampak lebih tertata dan rapih. Meningkatkan peralatan dan perlengkapannya, contohnya kompor yang di upgrate agar proses masak lebih maksimal, penyajian produk di upgrate dari kertas bungkus nasi menjadi paper lunch dilengkapi sendok plastik, dan lain sebagainnya.
Dibalik musibah ada berkah, mungkin kalimat ini bisa menggambarkan kondisi UMKM saat ini. Namun, dibalik berkah yang diterima, tentu banyak hal yang dilakukan oleh pengelola UMKM. Dengan usia Pengelola yang masuk kedalam generasi X dan Y tentu bisnis digital merupakan hal awam bagi mereka, perlu usaha lebih untuk dapat menyesuaikan dengan perkembangan teknologi saat ini. Trial error sudah menjadi makanan bagi UMKM.

Meskipun saat ini UMKM Nasi Uduk Mamah Ica sudah dibilang berhasil survive bahkan secara kondisi lebih baik dari sebelum pandemi namun sampai saat ini pengelola UMKM masih terus belajar dan mengalami kesulitan. Salah satunya pengelola pembukuan keuangan yang masih menggunakan cara lama yaitu perhitungan sederhana dengan buku, e-commerce juga terus melakukan perkembangan program atau promosinya yang UMKM sering kali mengalami kesulitan dalam mengikutinya, hal ini merugikan karena UMKM jadi tidak dapat maksimal menggunakan e-commercenya.

Hal inilah yang membuat UMKM membutuhkan kegiatan dan pelatihan tambahan mengenai bisnis digital bagi UMKM. Salah satu acara yang mendukung perkembangan UMKM berbasis digital adalah Kompasianival dari kompasiana, selain sesi live podcast dengan judul “Menghubungkan UKM Langsung Kepada Lebih dari 100 Juta Data Pelanggan Nasional” yang memberikan pembelajaran dan inspirasi bagi UMKM apalagi untuk UMKM yang ingin berbisnis dalam skala internasional acaranya ini sangat bagus. Ditambah ada tips-tips pengelolaaan keuangan yang dapat di implementasikan oleh UMKM. Dalam acara tersebut juga banyak UMKM yang membuka tenant, hal ini sangat terlihat acara kompasianival sangat mendukung perkembangan UMKM. Hal ini diharapkan dapat terus berkembang, kegiatan-kegiatan pendukung UMKM untuk mengikuti era digital, agar UMKM dapat tetap bersaing di kondisi saat ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *