Bank DBS Indonesia, Fokus pada Sustainability dalam Agenda dan Operasional Bisnis

Bank DBS Indonesia, Fokus pada Sustainability dalam Agenda dan Operasional Bisnis

Bank DBS Indonesia, Fokus pada Sustainability dalam Agenda dan Operasional Bisnis
Kampanye DBS Indonesia bekerjasama dengan Waste4Change dalam gerakan Recycle more, Waste less. (Foto istimewa).

Bank DBS Indonesia merupakan jaringan dari DBS ⸺grup jasa keuangan terkemuka di Asia yang berkantor pusat di Singapura⸺ yang dikenal selalu berada di garis depan dalam memanfaatkan teknologi digital untuk membentuk masa depan perbankan. Pernah dinobatkan sebagai World’s Best Digital Bank oleh Euromoney, DBS juga telah dianugerahi penghargaan Safest Bank in Asia oleh Global Finance selama sepuluh tahun berturut-turut, dari 2009 hingga 2018.

Di Indonesia, DBS bisa dibilang sebagai pionir digital banking. Menyediakan berbagai layanan lengkap untuk perbankan nasabah, SME, dan korporasi, bank ini memahami seluk-beluk bisnis di pasar paling dinamis di wilayahnya. DBS berkomitmen untuk membangun hubungan yang baik dengan nasabah, dan memberikan dampak positif bagi masyarakat melalui dukungan terhadap wirausaha sosial.

Visi yang diembannya adalah menjadi the best bank yang berkontribusi for the better world. Maka, DBS pun fokus pada sustainability dalam agenda bisnis dan juga menjadi landasan DBS secara grup dalam menjalankan operasional bisnisnya. Selain itu, misinya juga disempurnakan menjadi “We Make Banking Joyful”. 

Saat ini, DBS memiliki tiga pilar sustainability, yaitu Responsible Banking, Responsible Business Practices, dan Creating Social Impact Beyond Banking. Mona Monika, Head of Group Strategic and Marketing Communications Bank DBS Indonesia menjelaskan ketiga pilar tersebut.

Pertama, Responsible Banking, yang sudah menjadi bagian dalam bisnis bank ini. Hal ini terkait bagaimana DBS menjalankan bisnisnya (corporate dan consumer banking) untuk mengutamakan agenda sustainability ini. Sejak zaman masih sebagai bank konvensional dulu, bank ini sudah menerapkan environmental integration, social, and governance (ESG), yakni mengenai aturan tentang bagaimana berhubungan dengan perusahaan-perusahaan yang mempunyai dampak terhadap kerusakan lingkungan.

Saat ini DBS juga menawarkan produk-produk pinjaman, seperti Sustainability-Linked Bonds, Sustainability-Linked Loans, Carbon Credits, Transition Finance & Taxonomy, Green Loans, dan Green Saving. “Kami memberikan bunga yang jauh lebih rendah daripada commercial loans biasa, khusus bagi perusahaan yang memiliki sertifikasi green atau yang punya tujuan transisi lebih ke bisnis hijau,” kata Mona.

Salah satu contoh Green Saving pada consumer banking: bagi mereka yang mau menaruh uangnya di Green Saving, bank ini memberikan subsidi 1% dari interests-nya untuk social enterprise mitra DBS yang mengelola para petani kakao di daerah timur Indonesia.

Tahun lalu, DBS meluncurkan US$ Sustainability-Linked Bonds untuk PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA). “Ini merupakan Sustainability-Linked Bonds pertama dari Indonesia dan Sustainability-Linked Bonds high yield di Asia. Adapun secara grup, kami berkomitmen mengucurkan kredit pembiayaan berkelanjutan mencapai US$ 9,6 miliar pada tahun ini,” ungkapnya.

Mona Monika, Head of Group Strategic and Marketing Communications Bank DBS Indonesia

Kedua, Responsible Business Practices adalah sebagai walk the talk. Artinya, di dalam operasional sehari-hari, bank ini meminimalkan karbon footprint. Gedung kantor pusatnya sudah tersertifikasi green office, dan cabang-cabang yang gedungnya milik DBS sedang dipasangi panel surya secara bertahap.

Selain itu, DBS pun menjalin kerjasama dengan wirausaha sosial Waste4Change yang membantu mengatur sampah di kantor DBS, sehingga di setiap pojok kantornya ada tiga jenis tempat sampah, dan bank ini pun terus mengedukasi karyawan supaya mengurangi sampah-sampah yang tercampur. “Inilah maksud walk the talk tadi,” ujarya.

Ketiga, Creating Social Impact. Biasanya disebut sebagai corporate social responsibility (CSR), tetapi DBS tidak lagi menyebutnya CSR melainkan sebagai bagian dari bisnis. Creating Social Impact ini di antaranya ada DBS Foundation. Melalui yayasan ini, pihaknya menumbuhkembangkan wirausaha sosial, dan ada yang namanya people of purpose and community yang memiliki tujuan, yaitu environment, elderly, dan education.

DBS juga mempunyai brand campaign yang fokus pada lingkungan, yaitu Towards Zero Food Waste. Selama dua tahun belakangan ini, bank ini pun memberikan edukasi tentang sampah makanan dan plastik. Sampai saat ini hasilnya adalah digital engagement sebanyak 3,1 juta, 14,5 juta quaity video views, dan 30.000 food impact sejak 2020.

Brand campaign lainnya adalah Potraits of Purpose. Melalui brand campaign ini, pihaknya ingin menyampaikan pesan bahwa tidak hanya bagian marketing communication yang melakukan brand activities tentang lingkungan, tetapi juga karyawan dari unit-unit  bisnis lain, yang secara mandiri melaksanakan donasi paket sembako kepada masyarakat rentan di sekitar Jakarta.

“Kami mengumpulkan makanan berlebih dari mitra-mitra dan karyawan kami sendiri yang diolah serta kemudian didonasikan, terutama kepada masyarakat yang terdampak pandemi,” kata Mona. 

DBS pun menumbuhkembangkan wirausaha sosial. “Mengapa kami melakukannya? Karena, sebagai institusi finansial, kami bertanggung jawab membantu pemerintah dalam membangun ekonomi di tempat kami beroperasi,” ungkapnya.

Ada tiga cara kerjanya, yaitu advocate, nurture, dan integrate. Bank ini tidak hanya menyasar isu-isu tentang ekonomi, tetapi juga isu sosial lainnya yang berusaha dipecahkan oleh para pendiri wirausaha atau UKM tersebut. DBS membina mereka. Ada yang mulai dari ideation sampai yang sudah profit making.

Pada sisi integrate, bank ini mempunyai kebijakan Green Procurement. Para vendor yang bukan wirausaha sosial yang masuk ke DBS harus menandatangani Green Procurement. Adapun wirausaha sosial tidak perlu pitching. “DBS Group juga merupakan bank Singapura pertama yang bergabung ke Net-Zero Banking Alliance (NZBA) dan juga greenhouse gas (GHG),” Mona menginformasikan. 

Hasil yang diraih terkait wirausaha sosial: sejak 2015, ada 15 wirausaha sosial yang telah sukses memenangi DBS Foundation Grand dengan total Rp 10,8 miliar. Lalu, lebih dari 7.000 aplikasi diajukan ke salah satu program DBS Foundation di seluruh negara.

Kini ada sekitar 110 wirausaha sosial yang dibina oleh DBSF SE Bootcamp dan mentoring program lainnya. Dan, ada lebih dari 8 juta digital engagement di Facebook dan Instagram, serta terhubung dengan lebih dari 3.000 wirausaha sosial melalui sejumlah acara. 

Hasil dari fokus DBS pada sustainability focus, antara lain pada dampak dari Green Saving melalui mitra Krakakoa, yaitu total 1.855 customer dengan total S$ 13,72 juta. DBS juga telah mengubah transaction statements menjadi e-statement dan menghemat 533.232 kertas dan 88.872 amplop atau setara dengan menyelamatkan 75 pohon per tahun. Berikutnya, penyelesaian pemasangan 356 panel surya di Kantor DBS Juanda Jakarta, yang mampu menghasilkan sampai 16% dari total konsumsi power di kantor tersebut. (*)

 Dede Suryadi dan Yosa Maulana

www.swa.co.id


Artikel ini bersumber dari swa.co.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *