tribunwarta.com – Lokasi: Jl. Kertanegara No.148, Candirenggo, Singosari, Malang, Jawa Timur 65153Map: Klik DisiniHTM: Rp.5.000 per OrangBuka Tutup: Senin-MingguTelepon: –
Kota Malang terkenal dengan banyaknya tempat wisata sejarah yang sangat memukau dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung seperti museum-museum dan candi-candi.
Bangunan sejarah yang berupa Candi merupakan situs wisata yang sangat bernilai harganya dan juga merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang patut dibanggakan.
Contohnya Candi Badut, Candi Sumberawan, Candi Jago, Candi Singosari dan masih banyak lagi.
Candi Singosari merupakan peninggalan kerajaan Singosari yang cukup terkenal di Jawa Timur. Bagi Anda pecinta sejarah, tentu wajib rasanya untuk mengunjungi Candi Singosari yang berada di kota Malang ini.
Candi Singosari merupakan candi dengan corak Hindu-Budha yang terletak di Desa Candi Renggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Tepatnya terletak kurang lebih 9km dari kota Malang menuju Surabaya.
Lokasi candi yang berada di dataran tinggi menjadikan udara di kawasan ini sejuk dan dingin. Oleh karenanya tempat ini sangat menarik untuk dikunjungi saat Anda berlibur ke Malang.
Candi Singosari terkenal dengan sebutan Candi Cungkup atau Candi Menara. Hal tersebut dikerenakan bentuknya yang menyerupai menara dan juga menunjukan bahwa Candi Singosari merupakan candi tertinggi dibandingkan candi di sekitarnya.
Namun sekarang yang tersisa hanya Candi Singosari ini, adapun candi-candi lain diselilingnya telah hilang tak tersisa.
Untuk memudahkan anda, dalam artikel ini akan dijelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan Candi Singosari.
Struktur Bangunan
Dinamakan Candi Singosari kerena letaknya yang berada di wilayah Singosari. Proses pembangunannya adalah dengan cara menumpuk batu andhesit menghadap ke barat hingga mencapai ketinggian tertentu. Kemudian diukir dari atas ke bawah.
Pembangunan tersebut tentunya sangat berbeda dengan pembangunan zaman sekarang yang menggunakan pasir dan semen.
Meskipun hanya menggunakan batu yang ditumpuk-tumpuk, bangunan Candi Singosari ini sangatlah kokoh dan tidak mudah runtuh.
Candi Singosari berada di wilayah komplek percandian yang memiliki luas 200m x 400m. Bangunan Candi Singosari terletak di tengah halaman dan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu bagian atas, tubuh, kaki dan teras.
Candi Singosari sendiri berdiri di atas alas seluas 14 m x 14 m dengan tinggi 1,5 m tanpa ukiran, hiasan atau relief pada kaki candi. Sedangkan tingginya mencapai 15m.
Pintu utama candi menghadap ke barat dan terdapat ruang utama didalamnya yang mana di dalam ruang utama tersebut terdapat arca Lingga dan Yoni.
Pintu masuk Candi Singosari terlihat sederhana tanpa bingkai berhiaskan pahatan. Di atas pintu utama terdapat pahatan kepala singa yang sederhana.
Timbul dugaan bahwa pembangunan Candi Singosari ini belum sepenuhnya selesai. Dugaan ini timbul karena beberapa pahatan dan relief yang ada masih sangat sederhana.
Di sebelah kiri dan kanan pintu utama, terdapat bagunan yang menjorok kedalam dengan sebuah ceruk sebagai tempat arca.
Diatas ceruk tersebut tidak ada ukiran apapun. Begitu pula dengan ceruk di ketiga sisi lain tubuh Candi Singasari, begitu polos dan sederhana.
Ketiga ceruk tersebut berisi arca Durga disisi sebelah utara, arca Ganesha disebelah timur, dan arca Resi Agastya di sisi sebelah selatan.
Secara sepintas bangunan candi terlihat bersusun dua karena bagian bawah atap candi yang berbentuk persegi, menyerupai ruangan kecil yang memiliki lubang kecil disetiap sisinya.
Sepertinya dahulu keempat lubang tersebut berisi arca, namun sekarang dibiarkan kosong. Puncak atap candi sendiri berbentuk pagoda bersusun, makin keatas makin kecil.
Dihalaman Candi Singosari terdapat beberapa arca yang belum selesai dibuat sehingga terlihat rusak. Diantaranya yaitu arca Siwa, Durga dan Lembu Nandini.
Beberapa arca di Candi Singosari telah berpindah tempat, ada yang hilang dan ada pula yang disimpan di museum Leiden Belanda maupun di museum Indonesia lainnya.
Seperti arca Prajnaparamita yang dipercaya merupakan dewi kebijaksanaan. Kini arca tersebut disimpan di Jakarta tepatnya di Museum Nasional Indonesia.
Sekitar 300m kearah barat terdapat dua arca Dwarapala, yakni raksasa yang sangat besar sebagai penjaga pintu gerbang. Dengan tinggi masing-masing arca mencapai 3,7m dan lingkar tubuh mereka mencapai 3,8m.
Dua patung itu terletak secara terpisah sejarak 20m dan jalan raya berada ditengah-tengah mereka. Uniknya raksasa ini memegang gada yang menghadap kebawah dan posisi ini hanya ditemukan jika anda berkunjung ke Candi Singosari.
Sejarah Berdirinya
Candi Singosari yang berdiri kokoh merupakan saksi bisu kejayaan kerajaan Singasari yang didirikan oleh Ken Arok. Kapan tepatnya candi ini dibangun masih belum diketahui.
Namun para ahli sejarah memperkirakan bahwa Candi Singosari didirikan sekitar tahun 1.300 M.
Berdasarkan beberapa bukti sejarah candi yang dituliskan pada Kitab Negarakertagama dan Prasasti Gajah Mada yang ditemukan di pelataran.
Disebutkan bahwa Candi Singosari dibangun sebagai penghormatan kepada Raja Kertanegara. Beliau adalah raja terakhir dari kerajaan Singhasari.
Pada awalnya Candi Singosari ditemukan oleh orang Belanda bernama Nicolaus Engelhard pada abad ke 18. Ia menulis laporan tentang reruntuhan bebatuan candi di daerah dataran Malang.
Pada tahun 1901-1934 Belanda melakukan pemugaran pada candi ini. Namun pemugaran ini masih belum selesai.
Saat ini banyak arca-arca dari reruntuhan Candi Singosari yang disimpan di Museum Leiden Belanda.
Cerita Singkat
Dinasti Singosari dikuasai oleh anak turun dari Ken Dedes bersama kedua suaminya yang bernama Tunggul Ametung dan Ken Arok.
Tunggul Ametung merupakan seorang Akuwu (kepala pemerintahan atau kepala camat) di salah satu daerah yang ada di Tumapel.
Sedangkan Ken Arok adalah seorang rakyat biasa yang merebut kekuasaan dan istri dari Tunggul Ametung yaitu Ken Dedes. Ken Arok juga terkenal sebagai pembunuh dan perampok yang sangat ditakuti di wilayah Tumapel.
Ken Arok adalah anak dari perempuan dari Desa Panawijen yang bernama Ken Endog dengan kekasih gelapnya yang bernama Batara Brahma.
Setelah dilahirkan, Ken Endong membuang Ken Arok di sebuah pemakaman yang kemudian bayi tersebut di temukan dan dirawat oleh seorang pencuri yang sangat ulung.
Selama dirawat oleh ayah angkatnnya, Ken Arok belajar banyak tentang taktik dan siasat dalam pencurian, perampokan dan perjudian.
Suatu hari, ketika Ken Arok telah dewasa, ia bertemu dengan seorang Brahmana yang bernama Lohgawe.
Berkat nasehat dari Lohgawe ini, Ken Arok meninggalkan dunia hitamnya sebagai perampok dan mengabdikan diri ke Tumapel sebagai prajurit.
Pada saat Ken Arok menjadi prajurit, Tunggul Ametung lah yang menjadi Akuwu di Tumapel. Tumapel sendiri merupak salah satu wilayah di Kerajaan Kediri. Kemudian Tunggul Ametung menikah dengan Ken Dedes.
Ken Dedes berasal dari Desa Panawijen dan dia adalah putri dari Mpu Purwa. Setelah itu lahirlah seorang putra yang bernama Anusapati dari pernikahan Tunggul Ametung dan Ken Dedes.
Suatu ketika, Ken Dedes pergi ke Desa Panawijen untuk menjenguk ayahnya. Saat turun dari kereta kerajaan, bagian bawah kain panjang Ken Dedes tersingkap oleh tiupan angin kencang sehingga tampaklah betis putihnya.
Ken arok yang saat itu bertugas sebagai pengawal melihat betis putih Ken Dedes yang tampak memancarkan cahaya menyilaukan dimatanya.
Ken Arok terus mengingat kejadian aneh itu. Kemudian dia mananyakan kejadian aneh itu pada Mpu Purwa.
Mpu purwa mengatakan bahwa sinar putih dari betis Ken Dedes menandakan bahwa Ken Dedes ditakdirkan untuk melahirkan anak-anak yang kelak akan menjadi raja-raja di Pulau Jawa.
Mendengar penjelasan tersebut, timbulah niat jahat di benak Ken Arok. Dia kemudian memesan sebuah keris yang sangat ampuh dari seorang Mpu yang ada di Tumapel yakni Mpu Gandring.
Keris inilah yang sekarang menjadi legenda masyarakat di Jawa Timur. Untuk membuat sebuah keris yang ampuh diperlukan waktu yang cukup lama untuk membentuk dan melakukan ritual yang diperlukan.
Pembuatan keris yang tak juga selesai membuat Ken Arok sangat marah dan langsung mengambil keris itu secara paksa. Kemudia ia menusukan keris tersebut ke tubuh Mpu Gandring.
Sebelum meninggal, Mpu Gandring mengutuk Ken Arok bahwa ia akan mati oleh kris tersebut dan kris tersebut akan meminta banyak nyawa.
Keris buatan Mpu Gandring itu sengaja dipinjamkan oleh Ken Arok kepada temannya yang suka pamer, yaitu Kebo Ijo.
Kebo Ijo pun membawa kris itu kemana-mana dan mengatakan bahwa kris tersebut adalah miliknya hingga semua orang tahu bahwa keris tersebut adalah milik Kebo Ijo.
Setelah itu Ken arok mulai menjalankan rencananya. Ia diam-diam mencuri keris tersebut dari Kebo Ijo dan menikamkannya pada tubuh Tuggul Ametung.
Secara langsung Kebo Ijo lah yang dituduh sebagai pembunuh Tunggul Ametung karena semua orang tahu bahwa keris itu adalah miliknya.
Setelah Tunggul Ametung meninggal dunia, Ken Arok diangkat untuk menggantikan Tunggul Ametung sebagai Akuwu di Tumapel dan ia juga langsung menikahi Ken Dedes.
Setelah menjadi Akuwu, Ken arok menaklukan Kerajaan Kediri yang saat itu berada dibawah pimpinan seorang raja bernama Raja Kertajaya (1191-1222).
Selanjutnya Ken Arok mendirikan kerajaan sendiri yang diberi nama Kerajaan Singasari. Ken Arok pun menobatkan dirinya sebagai raja pertama dari Kerajaan Singasari dan dia mendapatkan gelar Rajasa Bathara Sang Amurwabhumi.
Tak lama kemudian dari pernikahannya dengan Ken Dedes, Ken Arok mempunyai seorang putra yang bernama Mahisa Wongateleng.
Sementara itu Ken Arok juga mendapatkan seorang putra yang diberi nama Tohjaya dari isri keduanya yaitu Ken Umang.
Kutukan yang diberikan Mpu Gandring pun dimulai. Ken Arok mati dibunuh oleh Anusapati menggunakan keris Mpu Gandring. Kedudukannya pun digantikan oleh Anusapati.
Kemudian Anusapati mati dibunuh oleh Tohjaya dan kedudukan Anusapati pun langsung digantikan oleh Tohjaya.
Kutukan tersebut masih berlangsung karena Tohjaya pun mati dibunuh oleh Ranggawuni, anak dari Anusapati. Ranggawuni pun dinobatkan sebagai raja dari Kerajaan Singasari dengan gelar Sri Jaya wisnuwardhana.
Ia memerintah mulai tahun 1227 dan pada tahun 1268 Ranggawuni digantikan oleh putranya yang bernama Joko Dolog yang bergelar Kertanegara (1268-1292)
Raja Kertanegara merupakan raja terakhir dari Kerajaan Singasari. Kerajaan Singasari ditumbangkan oleh Raja Kediri yang bernama Jayakatwang.
Pada akhirnya Jayakatwang pun mati di tangan menantu Raja Kertanegara yang bernama Raden Wijaya. Raden Wijaya merupakan keturunan dari Mahisa Wongateleng dan ia merupakan Raja Udayana di Bali.
Kemudian Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit dengan willayah Tarik (Trowulan) sebagai pusat pemerintahannya.
Fungsi Candi
Banyak orang mengaggap bahwa Candi Singosari adalah makan Raja Kertanegara. Akan tetapi para ahli meragukan pendapat ini.
Para ahli percaya bahwa Candi Singosari membunyai fungsi sebagai tempat pemujaan dan penyembahan terhadap dewa-dewi.
Hal ini dikarenakan letak Candi Singosari yang berdiri tepat diantara Gunung Arjuna dan Pegunungan Tengger.
Dan juga karena terdapat sistem mandala dengan konsep candi Hindu yang berfungsi sebagai media pengubah air dari air biasa menjadi air suci (amerta)
Selain itu, bagian-bagian candi mempunyai fungsi dan arti tersendiri. Batur atau pondasi juga berfungsi sebagai pondasi berdirinya Candi Singosari dan di sini terdapat arca Resi Agastya yang dipercaya sebagai penyebar agama Hindu dari India.
Tubuh candi yang sengaja dikosongkan digunakan untuk menghormati roh-roh suci para leluhur di Candi Singosari.
Sementara bagian puncak candi digunakan sebagai tempat para dewa-dewi yang dipercaya oleh umat Hindu-Budha.
Candi Singosari di ukir dengan relief bunga-bunga dan binatang. Salah satu relief tersebut berbentuk Singa dengan pahatan bertolak belakang. Selain itu ada juga relief berbentuk burung Jaringan yang dipercaya hidup pada saat itu.
Ada juga pahatan berupa wajah-wajah seram yang menghiasi Candi Singosari ini yang disebut dengan Muka Kala atau Kirti Murka.
Pahatan seram ini dipercaya berfungsi sebagai pengusir roh-roh jahat yang akan membawa bencana terhadap Candi Singosari.
Harga Tiket Masuk
Walaupun hanya satu candi, tempat wisata candi Singosari selalu ramai dikunjungi. Pengunjung bisa merasakan suasana sejuk dan indahnya kota Malang dan juga mengagumi salah satu bukti kerajaan Singasari ini.
Selain itu, bila merasa lapar Anda bisa sambil berwisata kuliner karena disekeliling candi terdapat banyak penjual makanan dan minuman.
Terutama berbagai jenis bakso yang dapat memanjakan lidah dan perut Anda. Ada Bakso Sum Sum, Bakso Cak Kar, Bakso Arief dan juga Bakso Syair.
Anda bisa mengunjungi Candi Singosari kapan saja, tidak ada batas waktunya bahkan malam hari pun tetap bisa mengunjungi Candi ini.
Untuk tiket masuk, pengunjung tidak dikenakan biaya. Siapapun bisa menikmati dan melihat Candi Singosari secara gratis. Namun, biasanya pengunjung membayar sebesar 5.000 per orang sebagai tanda terima kasih kepada para penjaga yang ada disini.
Jalan Menuju Lokasi
Bila Anda dan keluarga tertarik untuk melihat langsung Candi Singosari ini, anda bisa menggunakan angkutan umum maupun angkutan pribadi.
Lokasi Candi Singosari yang terletak di samping jalan utama Surabaya-Malang akan memudahkan anda menemukan lokasi Candi Singosari.
Jika mengendarai kendaraan pribadi dari arah Kota Malang, ambilah jalan menuju Malang-Surabaya sampai Anda menemukan Pasar Singosari.
Kemudian dari Pasar Singosari lanjutkan perjalanan anda kira-kira 500 m ke arah utara. Candi Singosari terletak di Jl. Kertanegara No.148, Candirenggo, Singosari, Malang, Jawa Timur.
Sedangkan bila naik angkutan umum, sangatlah mudah untuk menuju ke Candi Singosari. Pertama naiklah kendaraan ke terminal Malang bila anda dari arah Kota Malang.
Setibanya di Terminal Malang anda bisa naik bus jurusan Singosari-Ketangi-Landungsari yang berkode SKL. Kemudian mintalah turun di depan Pasar Singosari.
Jika menggunakan angkutan umum dari Terminal Anjosari, naiklah angkutan umum jurusan Glugur-Langlang-Arjosari atau bisa juga menggunakan angkutan jurusan Lawang-Arjosari.