Travel  

Keindahan Candi Penampihan di Tulungagung

Keindahan Candi Penampihan di Tulungagung

tribunwarta.com – Lokasi: Dusun Turi, Desa Geger, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, 66254, IndonesiaMap: KlikDisiniHTM: Rp 5.000,-/orangBuka-Tutup: Setiap hari, pukul 08.00-15.00 WIBTelepon: –

Candi Penampihan ialah Candi Hindu Kuno peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno. Letak candi ini berada di lereng Gunung Wilis, Dusun Turi, Desa Geger, Kecamatan Sendang, Tulungagung. Penampihan dibangun pada tahun Saka 820 atau 898 Masehi.

Seiring dengan berjalannya waktu saat ini situs bersejarah Penampihanan kemudian dijadikan sebagai alternatif destinasi wisata di Tulungagung.

Selain belajar sejarah, anda juga bisa menikmati keindahan alam, serta menyaksikan secara langsung cara bercocok tanam. Karena daerah ini termasuk daerah penghasil sayur mayur terbesar di Tulungagung.

Anda juga bisa mengabadikan momen dengan mengambil beberapa gambar ataupun foto selama berkunjung ke candi ini.

Nama Penampihan diambil dari bahasa Jawa yang artinya penerimaan. Atau saat ini ada dua arti yang berkembang di masyarakat. Arti penampihan yang lainnya yaitu penolakan dan penerimaan yang bersyarat.

Menurut Legenda konon Candi Penampihan bermula dari salah satu orang besar yang berasal dari Ponorogo, bermaksud untuk melamar seorang putri dari Kerajaan Kediri yang bernama Dewi Kilisuci.

Beliau berangkat beserta rombongan dengan membawa seperangkat perlengkapan lamaran yang dibutuhkan. Di tengah tengah perjalanan menuju Kerajaan Kediri, ia pun mengutus orang suruhannya untuk pergi terlebih dahulu ke Kerajaan Kediri, guna menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya.

Namun ternyata orang suruhan tersebut kembali dengan membawa berita penolakan dari Dewi Kilisuci. Hati sang pembesar pun menjadi sedih. Dan ia lalu memutuskan untuk tidak kembali ke tempat asalnya di Ponorogo.

Maka pada akhirnya beliau pun mendirikan sebuah bangunan suci berupa candi, untuk ia tinggali, dan menghabiskan sisa hidup. Itulah mengapa pemberian nama candi tersebut berasal dari kata tampik yang berarti tolak.

Maka penampikan berarti penolakan, dan lama kelamaan berganti menjadi penampihan. Selain itu candi ini juga terkenal dengan nama Candi Asmarabangun. Asal nama ini berasal dari masyarakat yang mengkaitkan pembangunan candi tersebut dengan orang yang sedang dilanda asmara.

Dan sejak saat itu sang pembesar maupun para pengikutnya dapat hidup dengan tenang dan tentram menyatu dengan alam di Penampihan. Dan kemudian Penampihan juga dijadikan sebagai tempat pemujaan.

Candi ini adalah jenis candi pemujaan dengan tiga tahapan (teras), yang konon dibuat untuk memuja Dewa Siwa.Kemudian dari masa ke masa terjadi pergolakan perebutan kekuasaan dan politik di tanah jawa, dan pergantian dari mulai Kerajaan Mataram Kuno, Kediri, Singosari, hingga Majapahit pada sekitar abad ke 9-14 Masehi, namun Penampihan terus digunakan untuk memuja Sang Hyang Wenang (Tuhan).

Di dalam kompleks candi, terdapat beberapa arca yaitu arca Siwa, maupun Dwarapala. Namun saat ini beberapa arca tersebut sudah rusak, bahkan ada yang hilang karena ulah manusia yang tidak bertanggung jawab.

Arca yang tersisa adalah arca siwa, yang saat ini sudah diamankan dan diletakkan di Museum Situs Purbakala Majapahit, Trowulan, Jawa Timur.

Beberapa peninggalan lainnya yaitu prasasti, yang tertulis menggunakan huruf Pallawa dan disertai dengan stempel berbentuk lingkaran di bagian atas prasasti. Prasasti ini dipahatkan di batuan andesit juga lempengan tembaga.

Prasasti yang terbuat dari andesit dikeluarkan oleh Rakai Watukura pada tahun 820 Saka, yang diberi nama Prasasti Tinulat.

Dari penjelasan seorang juru kunci Penampihan, Bu Winarti, Tinulat mengisahkan tentang nama-nama Raja Balitung, dan juga seseorang yang bernama Mahesa Lalatan, dan seorang Putri yang bernama Putri Kilisuci yang berasal dari Kerajaan Kediri.

Siapa sebenarnya Mahesa Lalatan sendiri belum diketahui sampai dengan saat ini. Selain itu prasasti tersebut juga memberikan informasi mengenai Catur Asrama yaitu sistem sosial masyarakat yang terjadi di masa itu.

Sedangkan prasasti yang terbuat dari tembaga menjadi petunjuk bahwa kompleks kekunoan Penampihan ada hubungannya dengan tokoh Kertanegara.

Menurut cerita Kertanegara juga mengubah upacara keagamaan, serta menghidupkan kembali upacara agama yang sudah mati. Hal ini dikaitkan dengan ajaran Tantrayana yang dianut oleh Kertanegara. Prasasti tersebut dikenal dengan nama prasasti Sarwadharma.

Prasasti tersebut juga membagi pengklasifikasian masyarakat berdasarkan kasta sesuai agama Hindu, yaitu Brahmana, Satria, Vaisya, dan juga Sudra.

Selain itu di dalam candi juga terdapat 2 kolam kecil yang bernama Samudera Mantana (pemutaran air samudera). Konon 2 kolam tersebut ialah sebagai indikator keadaan air di pulau Jawa. Kolam yang di sebelah utara merupakan indikator keadaan air di Pulau Jawa Bagian Utara.

Sedangkan yang di sebelah selatan ialah indikator keadaan air di Pulau Jawa bagian selatan. Jika sumber air yang ada di kolam kolam tersebut kering, berarti keadaan air di bawah menderita kekeringan. Begitu juga sebaliknya, bila kolam kolam tersebut penuh air, berarti keadaan air di bawah sedang banjir.

Akses Jalan Menuju Lokasi

Lokasi Penampihan berada di Lereng Gunung Wilis, dengan ketinggian 815 mdpl. Jarak yang ditempuh dari pusat kota Tulungagung ialah sekitar 32 KM ke arah barat laut. Perjalanan menuju candi ini sangat mudah dan menguntungkan, karena jalan nya sudah beraspal.

Anda juga bisa menggunakan jasa angkutan umum untuk menuju ke tempat ini. Terutama bagi anda yang berasal dari luar kota Tulungagung. Anda hanya perlu menuju terminal Tulungagung, dan sesampainya di sana anda tinggal melanjutkan perjalanan menuju Desa Nglurup.

Bagi anda yang membawa kendaraan, anda bisa langsung memarkirkan kendaraan di sebelah kompleks candi. Sedangkan biaya parkir dikenakan Rp 2.000,- untuk motor, dan Rp 5.000,- untuk mobil.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *