tribunwarta.com – Lokasi: Jl. Usman Isa, Dembe 1, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo 96131, IndonesiaMap: KlikDisiniHTM: Rp. 10.000,-Buka/Tutup: 09.00-17.00Telepon: 0811-4337-690
Bertamasya di Gorontalo tidak melulu soal festival bunga atau wisata pantainya yang eksotis. Ternyata banyak wisata sejarah yang bisa kita gali di salah satu Provinsi termuda di Indonesia ini.
Beberapa kota yang termasuk dalam daftar kota tua di Gorontalo bisa kita nikmati untuk sekedar berfoto ria dengan tema vintage ataupun sebagai bahan pembelajaran sejarah tanah air kita.
Selain kota-kota tua, ada beberapa destinasi wisata sejarah berupa benteng peninggalan bangsa Eropa dari abad 15-16 M.
Salah satunya adalah Benteng Otahana di Kelurahan Dambe I, Kecamatan Kota Barat. Dekat dengan Danau Limboto.
Benteng ini terdiri dari 3 bangunan yang terletak di atas sebuah bukit. Masing-masing berbentuk lingkaran dan hanya menyisakan dindingnya saja tanpa atap.
Tinggi dinding benteng hanya 2 – 3 meter dengan ketebalan 50 centimeter. Masing-masing bangunan hanya berdiameter sekitar 10 meter dan jarak antar bangunan masing-masing 50 meter
Terbuat dari batu kapur yang disusun dan di rekatkan dengan memakai putih telur dari Burung Maleo.
Ketiga bangunan benteng itu diberi nama Otanaha, Otahiya dan Ulupahu. Nama-nama ini untuk menghormati anak Raja Ilato yang gugur saat terjadi pertempuran dengan Bangsa Portugis.
Guna mencapai benteng tersebut kita harus menapaki anak tangga berjumlah 348 buah anak tangga. Dan memiliki 4 buah persinggahan.
Dari dasar hingga persinggahan pertama terdapat 52 anak tangga, dari persinggahan pertama ke persinggahan kedua ada 83 anak tangga.
Kemudian dari persinggahan ke tiga hingga persinggahan ke empat ada 53 anak tangga. Sedangkan dari persinggahan ke empat hingga area benteng terdapat 71 anak tangga.
Terdapat jalur terbuat dari konblok yang dibangun untuk menggubungkan antara ke tiga benteng tersebut.
Dari atas Benteng Otahana anda dapat menyaksikan alam indah tanah Gotontalo. Sejauh mata memandang yang terlihat adalah hamparan hijau sawah ladang penduduk. Inilah keistimewaan sekaligus keunikan Benteng Otanaha.
Dari atas sini kedua benteng yang lain juga terlihat yaitu Otahiya dan Ulupahu. Karena kedua benteng tersebut berada di lokasi yang lebih rendah dari Benteng Otanaha.
Dari Benteng Otanaha, anda juga bisa berkunjung ke Danau Limboto untuk menikmati keindahan danau ini. Selain itu, terdapat museum Pendaratan Pesawat Amfibi Soekarno di tepi Danau Limboto.
Puaskan diri anda dengan mengambil foto berlatar Danau Limboto yang indah dan masih alami. Hanya saja, di permukaan danau terdapat banyak tumbuhan enceng gondok. Sehingga sedikit merusak keindahan danau.
Tanaman enceng gondok merupakan tanaman hama yang bersifat invasif. Lantaran mudah tumbuh dan berkembang diatas permukaan danau.
Jika dibiarkan maka akan menutup seluruh permukaan danau dan merusak ekosistem asli danau tersebut.
Sejarah berdirinya Benteng Otanaha
Dahulu kala pada abad 16 M penguasa daerah Gorontalo adalah seorang raja bernama Ilato yang berkuasa antara tahun 1505 hingga 1585.
Suatu ketika sebuah kapal dagang Bangsa Portugis terdampar di Gorontalo. Dikarenakan cuaca buruk atau dikejar para perompak. Kemudian mereka menemui Raja Ilato untuk bisa melakukan perniagaan di Gorontalo.
Hasil kesepakatan mereka adalah apabila Gorontalo diserang musuh maka Bangsa Portugis harus membantu pihak kerajaan. Dan pihak Portugis diberi keleluasaan untuk membangun sebuah benteng di bukit dekat Danau Limboto.
Pada tahun 1525, terjadi penyerangan ke wilayah tersebut dan Raja Ilato mengetahui bahwa pihak Portugis tidak memiliki niat untuk membantu, bahkan membantu pihak musuh melawan kerajaan.
Dari sini dapat diketahui kelicikan Bangsa Portugis. Ketika mereka melakukan pendekatan ke Raja, sebenarnya mereka berniat untuk menyerang Gorontalo dan menjadikan benteng tersebut sebagai pertahanan militer Bangsa Portugis
Maka kemudian pada tahun 1585, terjadi pertempuran antara kerajaan dan Bangsa Portugis dan mereka berhasil mengusir Bangsa Portugis dari tanah Gorontalo.
Seorang putra raja bernama Naha dan istrinya yang bernama Ohohiya memimpin penyerangan terhadap Portugis, dan menjadikan benteng tersebut sebagai basis pertahanan.
Namun mereka berdua beserta putra mereka bernama Pahu gugur dalam pertempuran. Oto berarti benteng, Naha, Hiya dan Pahu adalah nama dari ketiga tokoh tersebut diatas yang kemudian menjadi nama benteng di puncak bukit.
Ada juga versi lain dari sejarah berdirinya benteng ini. Bersumber dari Wikipedia. Dahulu di Gorontalo pada abad 15 berdirilah sebuah kerajaan bernama Pinohu dengan rajanya bernama Wadipalapa.
Kemudian selang beberapa lama, kerajaan berubah nama menjadi Tuwawa. Dan pada tahun 1481 berumah nama lagi menjadi Bone. Pada tahun 1585, muncullah seorang keturunan raja yang diberi gelar oleh rakyatnya Wadipalapa II.
Pada masa pemerintahan Wadipalapa II muncul sebuah ide untuk memperluas wilayah kerajaan. Maka dibentuklah 2 buah rombongan dari para pengikut raja.
Rombongan pertama dipimpin oleh Hemeto berjalan kearah utara dari Suwawa, Wonggaditi hingga Huntu Lo Bohu.
Sedangkan rombongan kedua yang dipimpin oleh Naha bergerak ke arah selatan. Dari Potanga, Dembe hingga ke daerah Panipi.
Ketika sampai di Dembe, Naha menemukan sebuah benteng tua peninggalan Bangsa Portugis. Maka benteng itu diberi nama Otanaha karena ditemukan kembali oleh Naha.
Lokasi dan rute menuju Benteng Otanaha
Letak Benteng Otanaha berada di atas bukit dekat Danau Limboto. Tepatnya di Kelurahan Dembe I, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo.
Berada sekitar 8 kilometer dari pusat Kota Gorontalo. Lokasi ini bisa dicapai dengan waktu tempuh 20 menit saja.
Jika anda berkendara sendiri memakai mobil atau sepeda motor. Anda bisa langsung menaiki bukit dan memarkirkan kendaraan anda di area parkir dekat benteng. Selain itu bisa memakai Bentor dari Gorontalo.
Pengelolaan dan Fasilitas
Lokasi wisata ini sudah dikelola dengan baik oleh Dinas Pariwisata Kota Gorontalo. Sebagai aset sejarah bangsa, maka pemerintah setempat wajib menjaga dan merawat Benteng Otanaha.
Demikian juga kita sebagai pengunjung. Selain menikmati dan belajar sejarah, kita diwajibkan untuk menjaga aset ini dengan tidak mengotori dan melakukan tindakan vandalisme seperti mencorat-coret tembok benteng.
Pengunjung hanya dikenai tarif biaya tiket masuk sebesar Rp.5.000,- saja. Fasilitas seperti loket masuk dan toilet juga tersedia disini.
Berwisata sambil belajar sejarah bangsa sepatutnya menjadi agenda rutin bagi kita sebagai anak bangsa. Karena jika bukan kita yang mempelajari sejarah bangsa sendiri, siapa lagi?