Korea Utara Jumat (28/10) menembakkan dua rudal balistik, kata militer Korea Selatan. Ini merupakan langkah terbaru Pyongyang yang meningkatkan ketegangan dengan AS dan sekutu-sekutunya.
Korea Utara meluncurkan dua rudal balistik jarak pendek ke laut di pesisir timurnya sekitar tengah hari, menurut peringatan yang dikeluarkan Kepala Staf Gabungan Korea Selatan.
Kedua rudal itu diluncurkan dari Provinsi Gangwon, yang berbatasan dengan Korea Selatan, menurut pernyataan itu. Tidak ada rincian lebih jauh mengenai peluncuran tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, Komando Indo-Pasifik AS mengatakan, peluncuran itu “tidak menjadi ancaman langsung bagi wilayah atau personel AS, atau bagi sekutu-sekutu kami.” Tetapi pernyataan itu menyoroti “dampak destabilisasi” dari program senjata Korea Utara.
Korea Utara telah menembakkan 46 rudal balistik – suatu angka rekor – sepanjang 2022. Peluncuran itu bertentangan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB, yang melarang aktivitas rudal balistik Korea Utara.
Pyongyang juga diperkirakan luas akan melakukan uji coba nuklir lainnya dalam waktu dekat, yang pertama sejak 2017.
Kepala badan pengawasan nuklir PBB Kamis mengatakan uji coba nuklir Korea Utara lainnya akan menjadi konfirmasi terbaru bahwa program nuklir Korea Utara “bergerak dengan kecepatan penuh dengan cara yang sangat mengkhawatirkan.”
“Kami berharap ini tidak terjadi, tetapi sayangnya berbagai indikasi menuju ke arah lainnya,” kata Rafael Grossi, Dirjen Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Uji coba nuklir akan memperburuk ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan, yang telah terlibat dalam siklus saling unjuk kekuatan militer yang membahayakan.
Empat hari silam, kedua Korea saling melepaskan tembakan peringatan di daerah sengketa di pesisir barat mereka, setelah Korea Selatan mendeteksi sebuah kapal niaga Korea Utara melewati perbatasan laut de facto.
Korea Selatan pekan ini mengakhiri sebuah latihan militer lapangan tahunan besar. Hari Senin, Korea Selatan dan AS akan memulai latihan udara gabungan skala besar terpisah selama lima hari.
Latihan itu, yang disebut Vigilant Storm, akan melibatkan 240 pesawat, termasuk jet tempur paling canggih milik masing-masing negara, menurut pernyataan dari Kementerian Pertahanan Nasional Korea Selatan.
Latihan militer AS-Korea Selatan telah meningkat tahun ini sementara Korea Utara meningkatkan uji coba senjatanya. Korea Utara menganggap latihan-latihan itu sebagai provokasi serius, sedangkan para pejabat AS dan Korea Selatan mengatakan latihan itu diperlukan untuk menanggapi ancaman Korea Utara.
Meskipun Korea Utara tampaknya berniat memprovokasi suasana krisis, tujuan sebenarnya tidak diketahui. Menurut para analis, Pyongyang memiliki strategi lama untuk secara berkala meningkatkan ketegangan guna menciptakan suatu daya tawar menjelang perundingan dengan AS dan sekutu-sekutunya. [uh/ab]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.