Upacara peresmian Kuil Hindu terbaru di Dubai, Uni Emirat Atab, 4 Oktober lalu, tidak hanya menarik perhatian umat Hindu, tetapi juga para pemimpin agama lain.
Para pandita bernyanyi, sementara para pemusik tradisional memainkan lantunan lagu di acara tersebut.
Kuil seluas sekitar 2.300 meter persegi dan memakan biaya sebesar hampir Rp400 miliar itu dirancang dengan arsitektur bergaya campuran, antara India dan Arab.
Nuansa interior kuil baru itu terinspirasi oleh tiang-tiang tradisional kuil Somnath di Gujarat, India.
“Ini adalah mimpi yang jadi kenyataan bagi sebagian besar umat Hindu di Dubai. Kuil terakhir dibangun pada tahun 1958. Setelah itu, perjalanan untuk membangun kuil baru dimulai,” kata Raju Shroff, pengurus kuil itu.
Uni Emirat Arab menjadi rumah bagi lebih dari tiga juta orang India, yang mewakili hampir 30% populasi negara itu.
Kuil baru itu akan menyediakan kebutuhan ruang bagi umat Hindu di sana untuk beribadah dan mempraktikkan agama, ritual dan upacara mereka, kata Shroff.
“Ini adalah langkah yang sangat penting bagi kami, karena populasi sudah meningkat dan kami tidak punya cukup ruang. Kuil ini akan memberikan ruang (yang dibutuhkan), banyak fasilitas, banyak ruang ibadah yang besar bagi sebagian besar umat yang datang, menikmati (kuil) dan berdoa di sini,” tambahnya.
Pejabat Uni Emirat Arab dan para pejabat asing menghadiri upacara peresmian kuil itu, termasuk Menteri Toleransi UEA Sheikh Nahyan bin Mubarak Al Nahyan yang memotong pita.
Pemerintah UEA berupaya menyoroti tradisi emirat yang damai, sarat akan hubungan antaragama dan mempromosikan negara itu sebagai lentera toleransi.
Kuil baru itu terletak di Desa Jebel Ali, di mana terdapat juga tujuh gereja dan sebuah gurdwara – tempat ibadah umat Sikh – di sana.
“Diresmikannya gedung ini – kuil ini – hari ini adalah perayaan besar-besaran. Ini suatu kebanggaan besar dan ungkapan rasa syukur setiap umat Hindu yang tinggal di negara ini dan negara lainnya. Kuil ini sangat indah. Sangat patut dikunjungi tak peduli apa pun keyakinan atau agama Anda,” ujar Nikita Phulwani, warga keturunan India di Dubai,
Meski demikian, negara itu tidak memiliki toleransi terhadap perbedaan pendapat dan Islam yang politis. [rd/jm]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.