BI Kembali Naikkan Suku Bunga Acuan untuk Bendung Inflasi, Dukung Rupiah

BI Kembali Naikkan Suku Bunga Acuan untuk Bendung Inflasi, Dukung Rupiah

Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin untuk bulan kedua berturut-turut pada hari Kamis (20/10). Langkah ini diambil bank sentral tersebut dalam usaha membendung kenaikan inflasi dan memperlambat arus keluar modal yang telah membebani rupiah.

Sementara inflasi inti “terkendali”, kata Gubernur BI Perry Warjiyo pada konferensi pers, BI memutuskan untuk mengambil langkah pencegahan untuk mengekang ekspektasi inflasi yang tinggi, dan untuk mendukung rupiah.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam tangkapan layar. (Foto: VOA/Nurhadi)

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam tangkapan layar. (Foto: VOA/Nurhadi)

BI menaikkan reverse repo rate 7 hari (BI7DRR) sebesar 50 basis poin menjadi 4,75%, sesuai dengan ekspektasi 17 dari 30 ekonom yang disurvei oleh Reuters. Sisanya memperkirakan kenaikan yang lebih kecil, yakni sebesar 25 basis poin.

“Keputusan menaikkan suku bunga merupakan langkah front-loaded, pre-emptive, dan forward-looking untuk mengurangi ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi,” katanya.

Warjiyo mengatakan tujuannya adalah untuk membawa inflasi inti kembali ke kisaran target 2,0%-4,0% pada semester pertama, bukannya kuartal ketiga, tahun depan. Dia mengatakan inflasi inti, saat ini di 3,6%, akan naik ke 4,3% pada akhir tahun.

Keputusan itu juga dimaksudkan untuk memastikan agar rupiah mencerminkan nilai fundamentalnya terhadap dolar AS, yang selama ini bertahan kuat karena didukung pengetatan moneter yang agresif oleh Bank Sentral Amerika.

Rupiah telah terkoreksi sebanyak 8% terhadap dolar pada sepanjang tahun ini, tetapi tetap menjadi salah satu mata uang yang berkinerja terbaik di Asia, didukung oleh ekspor komoditas Indonesia yang kuat di tengah harga global yang tinggi.

Ini menandai pertama kalinya BI menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin dua kali berturut-turut sejak mengadopsi reverse repo rate 7 hari sebagai patokan pada 2016. Dengan langkah Kamis ini, BI telah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 125 basis poin sejak Agustus.

BI mengetatkan kebijakan moneter lebih belakangan daripada bank sentral negara-negara lain karena inflasi yang dihadapi Indonesia masih tergolong jinak, dengan beberapa harga energi tidak berubah berkat subsidi pemerintah.

Pekerja SPBU Pertamina mengubah harga BBM yusai pengumuman kenaikan harga BBM, di Bekasi, 3 September 2022. (Foto: REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana)

Pekerja SPBU Pertamina mengubah harga BBM yusai pengumuman kenaikan harga BBM, di Bekasi, 3 September 2022. (Foto: REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana)

Pemerintah menaikkan harga bahan bakar bersubsidi bulan lalu, sehingga mendorong inflasi ke level tertinggi selama 7 tahun terakhir — sekitar 5,95% pada September. Namun, Warjiyo mengatakan, dampak kenaikan harga bahan bakar pada harga pangan tidak “sebesar yang diantisipasi sebelumnya.”

BI tetap pada perkiraannya bahwa PDB kemungkinan akan berada pada titik cukup tinggi dalam kisaran target 4,5% hingga 5,3% tahun ini.

Ekonomi Indonesia tumbuh lebih cepat daripada yang diperkirakan pada kuartal kedua tahun ini — yakni sebesar 5,44% — karena ekspor yang kuat dan pemulihan konsumsi swasta. Pihak berwenang mengatakan mereka memperkirakan akan ada percepatan lebih lanjut pada kuartal ketiga. [ab/uh]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *