JawaPos.com-Presiden Joko Widodo (Jokowi) meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan tumbuh di atas 5,4 persen pada Kuartal III. Hal ini ia yakini, karena neraca dagang yang masih menunjukkan surplus bahkan terhitung selama 29 berturut-turut.
“Kita wajib bersyukur karena pertumbuhan ekonomi kita masih di angka 5,44 persen dan saya masih meyakini di kuartal III kita juga masih tumbuh di atas 5 atau di atas 5,4 persen. Karena angka-angka yang kita lihat, neraca dagang kita bulan yang lalu masih surplus 5,7 persen, kredit tumbuh 10,7 persen, indeks kepercayaan konsumen masih di angka 124,7 persen semuanya masih pada kondisi yang baik-baik,” kata Jokowi di ICE BSD City, Tangerang, Rabu (19/10).
Dalam data Januari-September 2022 tercatat neraca dagang Indonesia surplus sebesar USD 39,8 miliar. Optimisme ini juga hadir lantaran IMF telah menyatakan bahwa Indonesia menjadi titik terang di tengah gelapnya perekonomian global.
“Jadi kita semuanya harus tetap optimistis meskipun lembaga-lembaga internasional menyampaikan bahwa tahun ini sulit, tahun depan akan gelap. Silakan negara-negara lain. Negara kita harus tetap optimis,” ujar Jokowi.
Jokowi juga percaya, pernyataan positif dari IMF dapat meningkatkan kepercayaan global kepada Indonesia. “Yang ngomong bukan kita lho ya, Kristalina, Managing Directornya IMF. Titik terang di antara kesuraman ekonomi dunia. Kan bagus kalau banyak yang menyampaikan seperti itu. Sehingga trust kepercayaan global kepada kita akan semakin baik,” imbuhnya.
Meski demikian, Jokowi juga mengingatkan soal kehati-hatian dalam menghadapi kondisi ekonomi global yang sangat sulit. Menurutnya, dalam kondisi ketidakpastian ini kerja keras adalah kuncinya.
Selain itu, dibutuhkan juga kerja yang sangat detail yang dilakukan berbagai pihak tidak hanya bank sentralnya. Melainkan juga menyelesaikan di sumber inflasi yang dilakukan gubernur, bupati, dan wali kota.
“Berlang-ulang saya sampaikan, tidak bisa lagi kerja itu hanya makronya saja, nggak. Kerja mikronya juga masih belum cukup. Kerja sekarang memang harus lebih detail dilihat satu per satu, dan dikejar, diselesaikan. Itulah kerja yang dilakukan oleh pemerintah saat ini,” ungkapnya. “Kalau negara-negara lain mengatasi inflasi yang bergerak hanya bank sentralnya dengan menaikkan suku bunga, interested ratenya dinaikkan. Di Indonesia tidak hanya itu, sumber inflasinya di pasar juga diselesaikan,” tambahnya.
Hal itu sejalan dengan perintah Presiden soal penggunaan APBD yang bisa digunakan untuk mengintervensi ongkos transportasi dari produsen ke pasar dan dari produsen ke konsumen “Dua duanya bergerak bersama sama, otoritas moneter bergerak, otoritas fiskal bergerak, kemudian daerah juga bergerak. Tanya bapak ibu sekalian kepada Gubernur, Bupati, Wali Kota, apa yg sudah dilakukan dalam mengatasi inflasi,” ungkap dia. (*)
Editor : Dinarsa Kurniawan
Reporter : R. Nurul Fitriana Putri
Artikel ini bersumber dari www.jawapos.com.