Perang di Ukraina telah memicu krisis ekonomi di Jerman, yang sangat bergantung pada energi Rusia. Tidak hanya kalangan usaha kecil yang khawatir tentang kelangsungan hidup mereka, para ekonom juga mengatakan krisis juga akan memaksa pengalihan arah seluruh ekonomi Jerman.
Selama dua dekade terakhir, Jerman identik dengan stabilitas dan kehati-hatian ekonomi di Eropa. Sekarang krisis energi yang dipicu oleh perang di Ukraina berikut inflasi yang terus-menerus mengancam stabilitas, sebuah kondisi yang oleh banyak warga Jerman dianggap lumrah dan merupakan ciri dari ekonomi Jerman.
Marcel Fratzscher adalah presiden Institut Penelitian Ekonomi Jerman. “Perang di Ukraina dan krisis energi sangat memukul Jerman karena Jerman sangat bergantung pada impor bahan bakar fosil. Harga-harga telah melonjak. Dengan harga energi yang tinggi, ekonomi Jerman sekarang sedang meluncur ke dalam resesi.”
Usaha kecil dan menengah telah mendorong pertumbuhan Jerman dalam sejarah baru-baru ini. Pada tahun 2020 UKM Jerman menyumbang lebih dari setengah dari semua lapangan pekerjaan di negara ini. Sekarang, bisnis yang sama terancam.
Jan Schmieder-Balladur menjalankan Le Brot, sebuah toko roti yang mempekerjakan 20 orang di pinggiran kota Berlin, Neukölln. Kepada VOA dia mengatakan,“Tantangan terbesar yang kita hadapi saat ini adalah ketidakpastian harga energi yang melonjak dan inflasi yang meningkat, dan mungkin pemadaman listrik yang akan datang di musim dingin. Harga energi telah naik 30 persen sejauh ini. Kami perkirakan bisa melonjak 100 persen lagi, tetapi itu tergantung pada musim dingin dan bagaimana politik memecahkan masalah.”
Konsumen juga terpengaruh, dan itu berarti pemilik bisnis tidak bisa begitu saja membebankan kenaikan biaya itu pada konsumennya.
Kembali Jan-Schmieder-Balladur. “Kami mencoba mengurangi biaya dan tetap menyambut semua pelanggan, tetapi tentu saja jika kita menaikkan harga lebih banyak, maka akan lebih sedikit pelanggan yang datang.”
Pemerintah Jerman telah mengumumkan beberapa paket bantuan besar untuk bisnis dan konsumen, tetapi perubahan mendasar yang disebabkan oleh perang di Ukraina masih harus ditunggu dan inilah yang merupakan tantangan paling besar untuk Jerman.
Kembali Marcel Fratzscher, presiden Institut Penelitian Ekonomi Jerman. “Tantangan besar atau bahkan yang lebih besar bukan satu tahun ke depan, tetapi lima hingga sepuluh tahun ke depan karena Jerman harus melakukan transformasi ekonomi besar-besaran dalam banyak dimensi. Perusahaan-perusahaan di Jerman, pada dasarnya harus mengatasi tantangan bagaimana menghadapi hambatan yang sangat besar, dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan di AS atau Tiongkok atau Korea yang tidak menghadapi kenaikan biaya energi yang sama dengan perusahaan-perusahaan Jerman.”
Para ekonom memperkirakan bahwa sebuah keluarga dengan pendapatan tahunan sebesar 39 ribu dolar akan menghadapi tambahan biaya sebesar 4.800 dolar untuk energi saja. Itu berarti bahwa mereka yang berpenghasilan rendah dan menengah akan menanggung beban terberat dari tantangan-tantangan ini.
Dengan musim gugur berubah menjadi musim dingin, Jerman menghadapi masa depan yang lebih tidak pasti daripada yang telah terjadi selama bertahun-tahun. [lt/jm]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.