Jokowi masuk ke salah satu coffee shop di Hotel Ambarrukmo ketika sejumlah teman lamanya sedang bercengkrama. Dia segera menyalami satu per satu, menyebut nama teman yang sebagian dia ingat, dan sebagian yang terlupa.
“Urusan ijazah palsu itu lho, ampuuun. Kalau teman mahasiswa kan masih komplit, kalau yang SD kan carinya di mana,” kata Jokowi disambut tawa teman-temannya.
Salah satu yang menjadi bahan obrolan adalah soal ijazah SMA Jokowi yang menggunakan dua nama sekolah, yaitu SMPP dan SMA 6 Surakarta. SMPP adalah Sekolah Menengah Pembangunan Persiapan, yang merupakan nama lama sebelum berubah menjadi SMA 6 Surakarta pada 1979. Jokowi lulus dari sekolah itu pada 1980, sehingga dia masuk ketika masih bernama SMPP, dan keluar ketika sudah berganti menjadi SMA.
Kasus perubahan nama sekolah itu sebenarnya banyak terjadi di Tanah Air.
“Itu program pemerintah, SMA 6 itu ya SMPP. Kayak dulu SMK, itu sebelumnya SMEA. SMEA kan jadi SMK,” kata Jokowi.
Pada sekitar tahun 1980-an, pendidikan di Indonesia juga mengenal sejumlah sekolah yang kemudian hilang. Misalnya Sekolah Pendidikan Guru (SPG) atau Sekolah Guru Atas (SGA), hingga Sekolah Guru Olahraga (SGO). Seluruh sekolah itu, rata-rata saat ini telah berubah menjadi sekolah lain, seperti SMA atau bahkan Sekolah Luar Biasa (SLB). Sementara setelah tahun 2000-an, nama sekolah juga mengalami perubahan seperti Sekolah Teknik Menengah (STM) atau Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) yang kini dikenal dengan nama Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Jokowi sendiri, datang dalam agenda pribadi ke Yogyakarta, antara lain untuk menengok lokasi pernikahan anak ketiganya, Kaesang Pangarep. Menurut rencana, Presiden akan menikahkan Kaesang dengan Erina Gudono yang tinggal di Yogyakarta pada Desember mendatang,.
“Hari ini, saya ke Yogya, kemudian mampir ke Ambarrukmo, ketemu temen-temen saya, masa mahasiswa. Ada yang di Perhutani, ada yang sekarang jadi dosen, pegawai swasta, ada yang di pupuk, ada di dinas, macam masam. Ini pas hari ini kumpul, ya ketemu sebentar,” ujarnya.
“Teman-teman memperlihatkan foto wisuda, foto Mapala, foto saya sendiri sudah hilang. Ternyata kawan-kawan masih simpan semuanya komplit,” tambahnya.
Berbagi Kenangan Lama
Selain berbagi kenangan lewat sejumlah foto, teman-teman kuliah Jokowi juga berbagi cerita seputar wisuda mereka pada November 1985 dan kegiatan organisasi pecinta alam Silvagama, seperti pendakian Gunung Kerinci di Sumatra Barat. Meski sama-sama masuk pada 1980, waktu wisuda teman satu angkatan itu berbeda bulan, karena tergantung kelulusan.
Ketua Silvagama di era itu, Robertus Sugito, turut hadir bertemu Jokowi di Yogyakarta. Sugito menyebut, sejumlah teman satu angkatan memang sedang berada di Yogyakarta, dan sepakat bertemu.
“Cuma ngobrol-ngobrol ringan saja. Beliau kelihatan santai-santai saja menyikapi isu ijazah palsu,” kata Sugito ketika ditanya VOA.
Meski cenderung tidak banyak berkomentar soal tuduhan yang berulang-ulang ini, Sugito mengaku sejumlah kawan kuliah Jokowi juga jengkel.
Teman kuliah yang lain, Bambang, mengulik kisah perjalanan mereka ke Gunung Kerinci.
“Mau metik edelweis dilarang. Ngapain Mas Bambang, nikmati saja, kalau dibawa pulang Mas Bambang, nanti jadi sampah. Ingat saya, enggak jadi bawa edelweis itu. Padahal kenangan orang kalau naik gunung itu bawa edelweis,” kata Bambang.
“Perlambang” di Masa Kuliah
Sementara Erwansyah, teman kuliah yang lain menyebut Jokowi sebagai figur pemersatu. Mahasiswa ketika itu banyak aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan yang berafiliasi secara politik dengan organisasi di luar kampus. Jokowi, kata Erwansyah, bisa merangkul banyak kelompok mahasiswa itu.
Erwansyah juga mengingat kenangan pendakian di Gunung Kerinci pada 1983.
“Jadi waktu kita mendaki Gunung Kerinci sama Pak Jokowi. Beliau orang pertama yang sampai ke puncak. Itu teryata “perlambang”, kira-kira begitu. Dan memang beliau aktif di Silvagama, beliau anggota juga,” kata Erwansyah.
“Perlambang” yang dimaksud Erwansyah adalah isyarat Jokowi bakal menjadi tokoh mengingat saat ini Jokowi adalah orang yang duduk di posisi puncak, dibanding teman-teman satu angkatan kuliahnya.
Soal itu juga diungkap Yohanes Pramana Gentur Sutapa.
“Dia itu kalau pakai pakaian rapi. Suatu saat kita habis praktikum manajemen, dia bawa map. Saya bilang waktu itu, “Jok, kamu itu seperti pejabat.” Dia necis. Enggak taunya jadi presiden,” kata Yohanes sambil tersenyum.
“Kita itu sama-sama kuliah, kita ke hutan sama-sama, praktikum sama-sama,” tambahnya.
Sebelumnya, pada Sabtu (15/10) malam, Jokowi sempat menikmati suasana Jalan Malioboro yang penuh pengunjung menikmati akhir pekan. Dari Istana Negara Gedung Agung tempatnya menginap, Jokowi berjalan kaki menyusuri Malioboro dan menyapa pengamen, pedagang kecil hingga wisatawan yang ada. [ns/ah]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.