Kendati sudah tersentuh dengan inovasi dan teknologi terbaru, Gita Wirjawan menyebut sektor pembayaran digital di Indonesia masih kalah dengan negara Tiongkok.
Melalui konferensi CX Summit 2022 yang digelar Telkom Indonesia hari ini (12/10), Mantan Menteri Perdagangan Indonesia periode 2011-2014, Gita Wirjawan menjelaskan sejumlah tren disruptif yang berkembang. Menurutnya, tren ini akan mengubah berbagai sektor kehidupan manusia di masa mendatang.
Berdasarkan pemaparan Gita, tren yang bersifat disruptif ini berasal dari sektor teknologi yang terus berkembang secara pesat. Hal ini akan mempengaruhi sejumlah sektor lain termasuk di bidang keuangan hingga sains.
“Sejumlah tren disruptif akan mengubah kehidupan manusia di masa depan, mulai dari pembayaran digital hingga rekayasa genetika,” tutur Gita di CX Summit 2022 yang diikuti secara virtual melalui Zoom pada Rabu (12/10).
Menurut Gita, tren disruptif ini bukan hanya terjadi pada kehidupan, namun juga akan mempengaruhi kemanusiaan. Oleh karena itu, perkembangan teknologi ini tentunya memerlukan diskursus multidimensional. Ini akan melibatkan berbagai bidang, baik secara kultural., sosial, ekonomi, teknologi, spiritual, religi hingga sejumlah sektor lainnya.
Untuk mewujudkan perkembangan teknologi masa depan, banyak modal dan energi yang dapat dimanfaatkan. Sayangnya, menurut Gita saat ini modal dengan nilai hingga USD100 miliar masih berada di kawasan negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Inggris, serta Tiongkok.
Sementara itu, sektor keuangan di Indonesia diklaim telah tersentuh dengan inovasi dan teknologi terbaru yang mempunyai potensi di masa depan. Ini terlihat dari semakin banyaknya aplikasi pembayaran digital serta fintech yang berkembang di Tanah Air.
Sayangnya, pertumbuhan penggunaan aplikasi pembayaran digital di Indonesia masih berada jauh di bawah negara Tiongkok. Mantan Menteri Perdagangan Indonesia ini memperlihatkan keberhasilan Tiongkok dalam pertumbuhan di sektor pembayaran digital.
“Tahun lalu, jumlah pembayaran digital yang terjadi di Tiongkok mencapai USD60 triliun, sedangkan Indonesia baru sekitar USD100 miliar,” tambah Gita.
Kendati demikian, Gita menyebut adanya potensi besar pada sektor jasa keuangan di Indonesia dalam masa mendatang. Dia berharap akan semakin banyak sektor keuangan yang tersentuh dengan inovasi dan teknologi yang semakin maju.
Di sisi lain, tren disruptif berikutnya diyakini berasal dari perkembangan kecerdasan artificial (Artificial Intelligence) dan rekayasa genetika. Kedua sektor ini diprediksi juga bakal mempengaruhi kehidupan manusia yang ada di masa mendatang.
Berdasarkan pandangan Gita, modifikasi genetik di masa mendatang bakal memungkinkan manusia untuk meningkatkan kecerdasan, menyebuhkan berbagai penyakit hingga memperpanjang usia. Bahkan, pertemuan antara kecerdasan artificial dan kecerdasan biologis diyakini mampu menghasilkan teknologi luar biasa di masa depan.
“Dalam 20 sampai 30 tahun ke depan, intelegensi manusia bisa meningkat bukan hanya ratusan kali tapi ribuan kali, apabila intersection itu bisa dikawal dan dirawat secara bijaksana,” pungkas Gita.
Artikel ini bersumber dari www.tek.id.