Infrastruktur di sektor energi akan menjadi lebih rentan terhadap cuaca ekstrem seperti gelombang panas dan angin topan, Badan Meteorologi Dunia (WMO) memperingatkan pada Selasa (11/10), dengan seorang pejabat senior mengatakan ancaman besar terhadap keamanan energi global yang dibawa oleh perubahan iklim sama seperti yang ditimbulkan oleh dampak perang di Ukraina.
Tahun ini menggambarkan apa yang dikatakan WMO sebagai tantangan ke depan, di mana cuaca panas dan kekeringan diperkirakan akan menghambat produksi listrik di beberapa wilayah di Eropa dan China. Invasi Rusia ke Ukraina yang disebut Moskow sebagai “operasi militer khusus” telah menyebabkan pemotongan besar pasokan energi Eropa.
“Saya pikir jika kita tidak melakukan apa-apa, jika kita tidak membuat sistem energi kita lebih tahan terhadap perubahan iklim, akan muncul gangguan besar seperti perang di Ukraina,” kata Roberta Boscolo, Pemimpin iklim dan energi WMO, kepada Reuters ketika badan PBB itu meluncurkan laporan utama tentang sektor energi.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, Boscolo mengatakan bahwa investasi “besar” diperlukan untuk mempersiapkan dan beradaptasi terhadap skenario yang akan terjadi, seperti perkuatan bendungan agar sesuai dengan pola curah hujan baru dan memperkuat tanaman terhadap gelombang badai.
Dokumen WMO menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga dari semua pembangkit nuklir terletak di permukaan laut, dan beberapa di antaranya terancam saat permukaan laut naik.
Secara keseluruhan, WMO mengatakan dalam laporannya bahwa sejumlah negara masih tertinggal jauh dalam memenuhi janji energi terbarukan yang telah mereka buat. Badan tersebut juga mengatakan negara-negara di dunia sejauh ini hanya menjalankan setengah dari kapasitas yang dibutuhkan untuk mencapai target Kesepakatan Paris yang memiliki tenggat pada 2030.
Namun, sekretaris jenderal WMO mengatakan bahwa ia berharap perang Ukraina akan mempercepat program transisi ke energi terbarukan, meskipun terdapat ketergantungan jangka pendek yang lebih besar pada bahan bakar fosil seperti batu bara.
“…(Perang) ini mempercepat transisi hijau,” Petteri Taalas, sekretaris jenderal WMO mengatakan pada konferensi pers sebelumnya. “Dari perspektif iklim, perang di Ukraina dapat dilihat sebagai berkah.”
Taalas mengatakan negara-negara di dunia juga harus mempertimbangkan untuk membuat “sejumlah kompromi tertentu” agar dapat memenuhi target emisi global seperti memberdayakan tenaga nuklir meskipun terdapat keraguan tentang limbah dari energi tersebut. [ss/rs]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.