SURYA.CO.ID, NGANJUK – Sebanyak 60 pekerja seks komersial (PSK) yang masih ada di eks lokalisasi Guyangan Nganjuk menjadi target mobile voluntary counseling and testing (VCT). Hal itu sebagai upaya pencegahan penyebaran HIV/Aids di Kabupaten Nganjuk yang digelar Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat.
Kepala Puskesmas Bagor Dinkes Kabupaten Nganjuk, dr Joko Hartono menjelaskan, kegiatan Mobile VCT tersebut bertujuan untuk mengetahui dan mendeteksi status terkonfirmasi HIV/AIDS kepada para PSK. Khususnya di wilayah eks lokalisasi Guyangan Kecamatan Bagor yang berperilaku seks beresiko.
Selain itu, juga untuk memberikan edukasi bagaimana perilaku seks yang aman dari penularan HIV. “Kegiatan Mobile VCT ini untuk mengetahui status HIV dari para PSK yang bekerja di kafe-kafe dan masuk dalam eks lokalisasi Guyangan. Karena mereka dianggap memiliki perilaku seks beresiko. Juga untuk mengenalkan perilaku seks yang aman dari penularan HIV,” kata Joko Hartono, Kamis (6/10/2022).
Dikatakan Joko, dari 187 PSK yang kini bekerja di kafe kawasan eks lokalisasi Guyangan, yang mengikuti kegiatan yang dilaksanakan VCT sebanyak 60 orang. Di mana mereka mayoritas berasal dari luar Nganjuk, bahkan ada yang dari luar Jatim.
“Ini yang menjadi perhatian kami, karena keberadaan mereka yang 90 persen dari luar Nganjuk memiliki resiko tinggi terkena HIV/AIDS,” ucap Joko.
Dan berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap 60 orang PSK di eks lokalisasi Guyangan oleh mobile VCT, ada 5 orang yang dinyatakan positif terkonfirmasi HIV (reaktif). Dengan demikian mereka perlu adanya langkah penanganan lebih lanjut.
“Kami langsung melakukan melakukan pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut terhadap mereka agar tidak terjadi penularan ke lebih banyak orang,” tandas Joko.
Sebelumnya, Plt Bupati Nganjuk, H Marhaen Djumadi, yang sekaligus Ketua Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Kabupaten Nganju mengatakan, Pemkab Nganjuk bersama KPAD sekarang berupaya maksimal untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS Nganjuk.
Ini karena tingkat penyebaran kasus HIV/AIDS belakangan cukup memprihatinkan dengan data terakhir bulan Mei 2022 mencapai 1.838 orang.
“Untuk itu, mari kita bersama-sama mewaspadai dan melakukan pencegahan penyebaran HIV/AIDS. Caranya berawal dari diri masing-masing dengan menghindari hal-hal yang berpotensi menularkan penyakit HIV/Aids tersebut. Karena HIV/Aids ini belum ada obatnya dan menurut kami HIV/Aids lebih berbahaya dari Covid-19,” tutur Marhaen. ****
Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.