Secangkir kopi dari Kafe Kon Bayan, Lombok, menyimpan banyak cerita.
Biji-biji kopinya dipetik, disortir, ditumbuk dan dikemas langsung oleh para perempuan petani adat Bayan di dusun Pawang Tenun — sekitar 30 menit dari kafe tersebut.
Mereka jadi lebih berdaya, kata Mahniwati, perempuan adat Bayan pemilik Kafe Kon Bayan.
“Saya melihat ibu-ibu di kampung banyak yang nganggur,” ujar perempuan yang mendirikan usaha Kon Bayan pada 2018 ini.
“Saya pikir mereka kurang produktif, misalnya duduk, ngegosip, punya anak yang harus dibiayai sekolah, seperti itu. Kenapa tidak ‘ayo, bisa bantu sortir kopi ngga?’ Nanti juga akan berdampak (secara) finansial,” katanya kepada VOA secara virtual.
Penghasilan yang diterima para petani kopi lebih besar, karena tidak melalui perantara.
“Saya beli kopi mereka sedikit-sedikit, tapi harganya jauh beda dengan yang mereka jual ke pengepul, dan bisa menjadi sumber keuangan mereka setiap minggu,” ujar mantan putri pariwisata NTB ini.
Praktik ini juga menguntungkan bagi Mahni dan kafenya, karena bisa mendapatkan biji kopi organik berkualitas dari satu kebun lokal atau single origin. Apalagi, kini semakin banyak konsumen yang peduli pada asal muasal kopi yang mereka minum.
Didukung UNESCO
Kecintaan Mahni pada kopi mendorongnya untuk berbagi ilmu tentang kopi. Seperti, mengajari para remaja desa cara meracik kopi secara manual dan mengajak mereka berkunjung ke kafenya, yang terletak di jalur pendakian Gunung Rinjani.
Sebagai pengusaha muda yang aktif memberdayakan perempuan dan masyarakat adat, Mahni mendapat dukungan penuh dari Kita Muda Kreatif. Ini adalah gerakan UNESCO yang bertujuan meningkatkan keterampilan pengusaha muda bidang kreatif dan pariwisata yang tinggal dekat situs warisan budaya atau destinasi wisata.
“Kegiatan (Kita Muda Kreatif) tidak hanya lokakarya…” kata Kepala Unit Budaya UNESCO Jakarta, Moe Chiba. “…tapi juga mentoring antar profesional dan para pengusaha muda, agar mereka bisa terus bergerak dan memajukan bisnis mereka dan menciptakan apa yang kita sebut sebagai pembangunan lokal berdasarkan budaya,” katanya kepada VOA melalui Teams.
Citi Indonesia, yang mendukung Kita Muda Kreatif, memuji upaya Mahni dalam membawa misi pendidikan dan sosial lewat kopi.
“Oni Mahniwati menjadi salah satu bukti nyata bagaimana penerima manfaat dana hibah kami dapat berkontribusi positif dalam akselerasi pembangunan ekonomi daerah,” ujar Puni A. Anjungsari, Country Head of Corporate Affairs Citi Indonesia dalam pernyataan. “Kami berharap dapat mencetak lebih banyak lagi ‘Oni’ di daerah-daerah lainnya; pemuda yang berkarakter, maju, dan mandiri,” katanya melalui email.
Kreasi Mahni dengan kopi belum usai.
Selanjutnya, ia akan berkolaborasi dengan teman untuk memberdayakan perempuan lansia dan janda untuk membuat tas anyaman bambu yang diwarnai secara alami dengan biji kopi yang cacat, karena tak semua biji kopi berakhir di cangkir. [vm/ka]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.