Maskapai penerbangan Inggris, Virgin Atlantic, Rabu (6/10) mengumumkan tidak akan lagi melakukan penerbangan antara London ke Hong Kong, dengan menyalahkan penutupan wilayah udara Rusia yang berkepanjangan.
Setelah Rusia menyerang Ukraina pada Februari, Inggris, Kanada dan negara-negara Uni Eropa melarang pesawat Rusia terbang ke wilayah udara mereka. Rusia membalas dengan menutup wilayah udaranya ke puluhan negara, termasuk Inggris.
“Kami mengambil keputusan sulit untuk menangguhkan layanan penerbangan dari bandara Heathrow, London ke Hong Kong dan menutup kantor kami di Hong Kong, setelah hampir 30 tahun dengan bangga melayani pusat kota di Asia ini,” kata juru bicara Virgin Atlantic kepada kantor berita AFP.
Perusahaan menunjuk pada “kerumitan” yang terkait dengan penutupan wilayah udara Rusia dalam keputusan itu.
Dikatakan, penerbangan antara Heathrow ke Hong Kong akan memakan waktu sekitar satu jam lebih lama, sementara penerbangan dari Hong Kong ke Heathrow menjadi satu jam 50 menit lebih lama daripada sebelum penutupan wilayah udara.
Virgin Atlantic terpaksa menangguhkan penerbangan antara dua tujuan itu sejak Desember 2021 karena aturan virus corona antar negara dan kota itu. Penerbangan tadinya hendak dilanjutkan pada Maret 2023.
Maskapai Virgin Atlantic mengatakan, akan menawarkan pengembalian uang, voucher (kupon), atau pilihan untuk memesan ulang pada rute alternatif bagi mereka yang telah membeli tiket untuk perjalanan mulai Maret 2023.
Virgin Atlantic mengatakan pekan lalu akan bergabung dengan grup maskapai SkyTeam, yang mencakup Air France, KLM dan Delta Air Lines.
Sementara itu, Ekonom Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengatakan, perdagangan memainkan peran penting dalam menjaga ekonomi dunia tetap berjalan selama pandemi COVID-19. Sementara perdagangan barang dagangan anjlok di tengah penutupan wilayah tahun 2020 yang kemudian pulih kembali. Pada masa itu dunia dipasok dengan makanan, obat-obatan, dan barang-barang penting lainnya.
Namun mereka mengatakan, krisis dengan penyebab ganda, termasuk pandemi, guncangan iklim dan perang di Ukraina terus menyebabkan gangguan rantai pasokan. Kebijakan anggaran dan moneter serta tekanan inflasi, menurut mereka menyebabkan harga energi dan komoditas meningkat.
Direktur Jenderal WTO Okonjo-Iweala mengatakan, perdagangan bebas menghasilkan pertumbuhan dan membantu menjaga harga agar tidak naik. Misalnya, menjaga pasar tetap terbuka untuk perdagangan makanan, katanya, akan meningkatkan ketersediaan bahan pokok pangan dan menjaga tekanan penurunan harga. [ps/lt]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.