“Tár” adalah film fiksi yang menyorot ambisi seorang perempuan bernama Lydia Tár. Tokoh ini diperankan aktris yang pernah dua kali meraih Oscar, Cate Blanchett.
Bakatnya yang luar biasa dalam dunia musik klasik menjadikan Tár perempuan pertama yang menjadi konduktor sebuah orkestra besar dan terkemuka di Jerman.
Film “Tár”, menurut Blanchett diproduksi sewaktu gerakan perempuan yang menuntut kesetaraan hak dengan pria masih kencang terdengar. Namun, keliru bila Anda menduga film itu lebih menyorot mengenai perlakuan pria yang tidak pantas terhadap perempuan.
“Tár” menyorot bagaimana perempuan menyalahgunakan kekuasaan untuk melecehkan sesama perempuan. Tokoh yang diperankan Blanchett memangsa perempuan-perempuan muda.
Blanchett menceritakan tokoh yang dimainkannya, “Ia seorang perempuan yang diberi kewenangan besar untuk memimpin orkestra terhebat di dunia. Tetapi, ia seperti orang yang tepat pada waktu yang keliru. Ia berjuang keras untuk meraih pencapaian besar, tetapi juga menyalahgunakan wewenangnya. Ada banyak pertanyaan rumit yang diajukan lewat film ini, tetapi saya pikir pada intinya adalah menyorot sifat kekuasaan yang merusak dan apa yang terjadi ketika orang memilikinya. Mereka sulit melepaskannya.”
Lydia Tár mungkin melakukan semua itu mengingat ia orang berpengaruh karena prestasinya yang luar biasa. Ia digambarkan sebagai satu dari 15 orang yang pernah meraih empat penghargaan besar dunia hiburan yang biasa disebut EGOT “Emmy, Grammy, Oscar, dan Tony”. Siapapun yang menghalanginya, bisa dengan mudah dijatuhkannya.
Film “Tár” diarahkan sutradara ternama Todd Field yang juga menulis naskahnya. Field pernah meraih nominasi Oscar untuk dua film yang banyak mendapat pujian — “Little Children” dan “In the Bedroom.” Kerjasama Field dan Blanchett dalam film ini, banyak dinilai pengamat film, mendorong Tár menjadi film yang patut diperhitungkan dalam ajang-ajang kompetisi film bergengsi.
Sophie Kauer, yang mempelajari cello klasik di Akademi Musik Norwegia, menjadikan Tár film layar lebar perdananya. Ia memerankan seorang musisi muda di bawah arahan Blanchett dalam film itu. Kauer mengatakan, Tár bisa menjadi bahan evaluasi orang-orang yang terjun dalam dunia musik.
“Incorporated Society of Musicians baru saja merilis hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perundungan, rasisme, dan pelecehan seksual pada saat ini adalah yang terburuk sepanjang sejarah industri musik. Jadi, saya pikir perilisan film ini sangat tepat waktu. Saya berharap film ini dapat membantu menjadikan industri musik klasik sebagai tempat yang lebih aman bagi orang untuk bekerja,” ungkap Kauer. [ab/ka]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.