Warga Brazil mengaku kaget dengan hasil pemilihan presiden pada hari Minggu (2/10) ketika calon petahana Jair Bolsonaro yang berupaya agar dapat kembali menjabat sebagai presiden, memperoleh hasil suara yang besar dalam pemilu tersebut sehingga memaksa berlangsungnya putaran kedua untuk menentukan siapa presiden Brazil berikutnya.
Hasil tersebut membuktikan bahwa upaya Bolsonaro dalam menunggangi arus kelompok ekstrem sayap kanan telah berhasil. Hasil pemilu Brazil putaran pertama itu juga merupakan contoh lain yang menunjukkan bahwa hasil pemilihan tidak sejalan dengan survei yang dilakukan sebelumnya.
Sebuah survei publik yang sangat dipercaya sebelumnya menunjukkan bahwa mantan presiden Luiz Inacio Lula da Silva memimpin jauh dalam pertarungan merebut kursi kepresidenan. Survei bahkan menunjukkan bahwa kemungkinan da Silva dapat memenangkan pemilihan dalam satu putaran saja.
Survei lainnya menunjukkan bahwa da Silva unggul sebesar 14 persen diatas lawannya.
Namun, hasil pemilihan pada hari Minggu itu menunjukkan bahwa Bolsonaro hanya tertinggal lima poin dari da Silva, dan mereka akan bertarung kembali dalam pemilihan putaran kedua pada 30 Oktober mendatang.
“Saya tidak bisa lagi mempercayai survei. Saya rasa Bolsonaro masih akan melakukan banyak hal untuk mengejutkan kami. Saya hanya akan mempercayai hasilnya kalau wasit sudah meniupkan peluitnya pada akhir pertandingan,” kata Fabiano da Gama, seorang warga di Rio de Janeiro yang menggunakan analogi sepak bola dalam pernyataannya.
Hasil pemilihan menunjukkan da Silva masih meraih suara terbanyak dengan 48,4 persen, disusul oleh Bolsonaro dengan 43,2 persen, menurut otoritas pemilihan Brazil. Sembilan kandidat lainnya berbagi sisa suaranya.
Baik pendukung da Silva maupun Bolsonaro yang berbicara dengan Associated Press, pada Senin (3/10) di pusat kota Rio, mengungkapkan kekecewaan dan rasa kaget atas hasil pemilihan tersebut.
Elias Otaviano, seorang pensiunan yang kini berusia 72 tahun yang mendukung da Silva, mengira bahwa kandidat pilihannya akan memenangkan pemilihan tersebut dalam satu putaran saja. Sementara itu, Maria Roseclair, yang merupakan pendukung Bolsonaro, juga menduga kandidat jagoannya akan memenangkan pemilu dalam satu putaran saja atau setidaknya unggul dalam putaran pertama.
Seperti banyak pendukung Bolsonaro, Roseclair tidak percaya pada hasil survei.
Tidak ada kekerasan yang dilaporakan terjadi dalam pemilihan pada hari Minggu itu.
Namun ketegangan tetap melanda Brazil mengingat tingginya pertaruhan dalam pemilihan tersebut.
Pemilihan berikutnya akan menentukan apakah Brazil akan menempatkan kembali seorang politikus sayap kiri di puncak kepemimpinan negara demokrasi terbesar ke empat di dunia itu, atau mempertahankan Bolsonaro untuk satu masa jabatan lagi. [jm/em/rs]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.