Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan, Senin (3/10), ia dengan rendah hati mendengarkan “suara-suara keras” orang-orang yang mengkritik hubungan nyaman partainya dengan Gereja Unifikasi, dan membantu para korban penipuan bisnis gereja ultra-konservatif itu.
Kishida mendapat kecaman dalam skandal yang mengungkap hubungan dekat selama beberapa dekade antara mantan Perdana Menteri Shinzo Abe, yang dibunuh Juli lalu, Partai Demokrat Liberal yang berkuasa, dan Gereja Unifikasi, yang dituduh mengumpulkan sumbangan besar dengan cara “mencuci otak” para anggotanya.
Kishida telah memecah opini publik karena menghormati Abe dengan menggelar pemakaman kenegaraan, yang oleh para penentangnya dianggap sebagai upaya membangkitkan nasionalisme, tanpa dasar hukum atau pembicaraan di parlemen terlebih dahulu. Abe dipandang sebagai tokoh kunci di balik ikatan antara gereja itu dan partai yang memerintah.
Kishida perlu merebut kembali kepercayaan publik untuk memperoleh dukungan bagi kebijakan-kebijakan utama pemerintahnya, termasuk strategi keamanan nasional yang mencakup kemampuan serangan pendahuluan, yang menurut para kritikus dapat melanggar konstitusi pasifis negara itu.
Ia juga berencana lebih mempromosikan energi nuklir dalam usaha mengurangi emisi karbon dan memenuhi kebutuhan pasokan energi negara itu, meskipun ada kekhawatiran keamanan terus-menerus menyusul bencana nuklir Fukushima 2011.
“Saya dengan jujur mendengarkan suara rakyat mengenai hubungan kita dengan Gereja Unifikasi,” kata Kishida dalam pidatonya saat membuka sesi parlemen selama 69 hari.
Ia berjanji untuk “melakukan yang terbaik” dalam membantu korban bisnis gereja yang mencurigakan, dan praktik pengumpulan sumbangannya, dengan mendirikan pusat-pusat bantuan pemerintah yang menawarkan nasihat hukum.
Ia juga mempertimbangkan untuk merevisi undang-undang kontrak konsumen, tetapi tidak memberi rincian apakah atau bagaimana dia berencana melakukan penyelidikan tentang bagaimana hubungan gereja dan partainya mempengaruhi kebijakan pemerintah.
Tersangka dalam pembunuhan Abe dilaporkan mengatakan kepada polisi bahwa ia menarget mantan pemimpin itu karena hubungan dekatnya dengan Gereja Unifikasi.
Gereja itu, katanya, menyedot sejumlah besar uang milik ibunya, membuat keluarganya bangkrut dan menghancurkan hidupnya. Karena perekrutan dan taktik bisnisnya yang dipertanyakan di Jepang, gereja yang berkantor pusat di Korea Selatan ini dianggap oleh banyak ahli sebagai organisasi aliran sesat, meskipun terdaftar sebagai kelompok agama. [ab/ka]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.