Aktivis konservatif AS Virginia “Ginni” Thomas, istri Hakim Agung AS Clarence Thomas, pada hari Kamis (29/9) menghadiri sesi wawancara sukarela dengan komite DPR AS yang menyelidiki pemberontakan 6 Januari 2021 ke gedung Kongres AS.
Komite itu telah berusaha mewawancarai Ginni selama berbulan-bulan untuk mengetahui lebih jauh tentang perannya dalam mencoba membantu mantan Presiden AS Donald Trump membalikkan hasil pemilihan presiden 2020. Ia berkirim pesan singkat dengan kepala staf Gedung Putih saat itu, Mark Meadows, serta menghubungi pengacara di Arizona dan Wisconsin dalam minggu-minggu setelah pemilu usai.
Kehadiran Ginni di gedung Kongres AS, Capitol Hill, dikonfirmasi oleh dua orang yang mengetahui penyelidikan komite, namun tidak diizinkan mendiskusikan hal itu secara terbuka.
Kesaksian Ginni menjadi satu dari sejumlah hal yang diincar panel komite untuk menyelesaikan penyelidikan mereka. Panel itu telah mewawancarai lebih dari 1.000 saksi dan telah menunjukkan beberapa video kesaksian mereka dalam delapan sidang penyelidikan yang disiarkan televisi sepanjang musim panas lalu.
Pengacara Ginni, Mark Paoletta, mengatakan minggu lalu bahwa kliennya telah sepakat untuk menemui komite itu dan “ingin sekali menjawab pertanyaan-pertanyaan komite untuk menjernihkan kesalahpahaman terkait pekerjaannya yang berhubungan dengan pemilu 2020.”
Sejauh mana keterlibatannya dalam serangan ke gedung Kongres masih belum jelas. Pada hari-hari setelah Associated Press dan media massa lainnya menetapkan Biden sebagai pemenang pilpres, Ginni mengirimkan surel kepada dua pengacara di Arizona untuk mendesak mereka memilih “sederet Pemilih (Electors) baru” dan “berdiri kokoh menghadapi tekanan politik dan media.” AP memperoleh email-email tersebut awal tahun ini melalui undang-undang keterbukaan informasi negara bagian tersebut.
Ia telah mengakui dalam berbagai wawancara bahwa ia menghadiri kampanye pro-Trump pada 6 Januari pagi, namun meninggalkan acara itu sebelum Trump mulai berbicara dan massa bergerak menuju gedung Kongres.
Ginni, pendukung Trump yang telah lama aktif dalam berbagai gerakan konservatif, telah berulang kali menegaskan bahwa kegiatan politiknya tidak menimbulkan konflik kepentingan dengan pekerjaan suaminya sebagai hakim Mahkamah Agung AS – lembaga yudikatif tertinggi AS.
“Seperti banyak pasangan menikah lainnya, kami memiliki gagasan, prinsip dan aspirasi yang sama tentang Amerika. Namun kami memiliki karir masing-masing, demikian juga dengan gagasan dan opini. Clarence tidak mendiskusikannya pekerjaannya dengan saya, dan saya tidak melibatkannya dalam pekerjaan saya,” kata Ginni kepada Washington Free Beacon Maret lalu.
Hakim Thomas sendiri adalah satu-satunya hakim yang berbeda pendapat ketika Januari lalu Mahkamah Agung AS mengizinkan komite DPR untuk mengakses catatan harian presiden, daftar pengunjung, coretan pidato hingga catatan tulisan tangan yang berkaitan dengan peristiwa 6 Januari 2021.
Sementara Ginni Thomas telah secara terbuka mengkritik penyelidikan komite DPR, termasuk menandatangani surat yang ditujukan kepada anggota DPR dari Partai Republik untuk menuntut dikeluarkannya Liz Cheney, anggota DPR Partai Republik asal Wyoming, dan Adam Kinzinger, anggota DPR Partai Republik asal Illinois, dari konferensi Partai Republik, karena keduanya bergabung ke dalam komite DPR AS untuk menyelidiki pemberontakan ke Gedung Kongres. [rd/jm]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.