Huawei bersama ASEAN Foundation mempertemukan perwakilan dari kalangan pemerintahan, akademisi, dan industri guna membahas bagaimana cara membangun basis talenta yang cakap TIK, siap menyongsong masa depan, dan mampu memaksimalkan potensi teknologi digital.
Pada ajang Asia Pacific Digital Talent Summit, Huawei bersama ASEAN Foundation mempertemukan perwakilan dari kalangan pemerintahan, akademisi, dan industri guna membahas bagaimana cara membangun basis talenta yang cakap TIK, siap menyongsong masa depan, dan mampu memaksimalkan potensi teknologi digital. Perhelatan ini digelar bersamaan dengan ajang tahunan andalannya, Huawei Connect.
Dalam sambutan pembukanya, Ekkaphab Phanthavong, Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN for Socio-Cultural Community, menjelaskan bahwa konferensi tingkat tinggi tersebut “penting untuk membuka diskusi dan melakukan koordinasi terhadap upaya-upaya yang ditujukan untuk mengembangkan talenta-talenta TIK dan inovatif di kawasan, menjawab berbagai kesenjangan maupun tantangan digital, dan menentukan langkah yang terbaik ke depannya.”
Yang Mee Eng, Executive Director ASEAN Foundation mengatakan, “Melalui KTT ini, kami mengundang para pemangku kepentingan kunci di seluruh kawasan untuk meningkatkan kesepahaman dan mengambil tindakan yang tepat untuk menjembatani kesenjangan digital, menumbuhkan talenta-talenta yang memiliki daya inovasi tinggi, dan mewujudkan transformasi digital secara menyeluruh.”
Jeff Wang, President of Public Affairs and Communications, Huawei turut menjelaskan target perusahaan terkait pengembangan talenta.
“Membangun koneksi dan menyiapkan generasi berikutnya adalah kedua langkah yang semakin penting dalam memajukan transformasi digital. Selama lebih dari 20 tahun, kami telah membangun kerja sama dengan para mitra kami di Asia Pasifik guna mencapai target kami untuk melatih 500 ribu talenta TIK di kawasan selambatnya pada 2026, serta menyediakan akses internet kepada mereka yang belum memilikinya,” katanya.
Selama ajang ini, perwakilan pemerintahan dari seluruh ASEAN menyampaikan perkembangan terbaru dari negaranya masing-masing terkait pengembangan talenta.
Phichet Phophakdee, Inspektur Jenderal Kementerian Pendidikan Thailand, misalnya, menjelaskan bahwa di Thailand sendiri, pemerintah mengembangkan platform maupun sarana pembelajaran jarak jauh seperti Digital Learning Television (DLTV) untuk memastikan bahwa semua orang dapat menikmati kesempatan yang sama untuk belajar dan mengenyam pendidikan.
“Agar mampu menciptakan pendidikan nasional yang lebih inklusif, setara, dan berkualitas tinggi, kami pun dituntut memiliki semangat kesatuan dan inovasi,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Sok Puthyvuth yang menjabat sebagai Secretary of State di Kementerian Pos dan Telekomunikasi Kamboja menambahkan, “Kamboja telah menambahkan mata pelajaran digital di kurikulum sekolah-sekolah kami, berikut pula memanfaatkan penuh platform daring dan mendirikan pusat-pusat teknologi berbasis komunitas yang dapat dinikmati oleh siswa-siswi. Bersamaan, kami juga meningkatkan kerja sama kami dengan sekolah-sekolah vokasional untuk menyediakan pelatihan digital bagi mereka yang telah bekerja.”
Sementara itu, Indonesia yang diwakili Nizam, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) menyampaikan, perkembangan transformasi pendidikan di Indonesia.
“Sistem pendidikan kami sedang ditransformasikan agar mampu menghadapi era digital sekaligus menghasilkan talenta-talenta baru yang cakap digital,” katanya.
Dua orang profesor juga turut memberikan wawasannya dari sudut pandang akademisi. Professor Guo Yike dari Hong Kong Baptist University mengenalkan Turing AI Orchestra (TAIO), orkes pertama di dunia yang memainkan musik sepenuhnya menggunakan teknologi AI. Dia percaya, TAIO kelak akan menjadi contoh pendidikan lintas disiplin yang dapat terus diwariskan kepada generasi berikutnya. Melengkapi penjelasannya, Hitoshi Yamada, mantan Wakil Presiden Yokohama National University Jepang menjelaskan bagaimana program pertukaran pelajar internasional dapat mempercepat transformasi dan pengembangan talenta digital.
Dalam pidatonya, Simon Lin, Presiden Huawei Asia Pasifik mengatakan, “Hampir setiap negara di kawasan Asia Pasifik sedang memberdayakan talenta-talenta TIK-nya masing-masing, khususnya muda-mudi, dalam rangka mendorong kemajuan ekonomi digital. Sebagai perusahaan global yang menjalin hubungan erat dengan setiap negara tempat kami beroperasi, Huawei akan terus memperkuat ekosistem talentanya melalui prinsip-prinsip kepemimpinan, kecakapan, serta pengetahuan.”
Ajang ini juga meliputi beberapa kemeriahan lainnya, termasuk pra-peluncuran whitepaper pengembangan talenta digital nasional di Thailand, yang direncanakan akan dirilis pada bulan Oktober; peluncuran inisiatif terkait solusi dan standar sertifikasi pengembangan talenta di bidang keamanan siber, serta diskusi panel mengenai inklusi digital dan pemulihan ekonomi pasca-pandemi.
Peluncuran inisiatif di atas juga dihadiri Amorn Chomchoey, Wakil Sekretaris Jenderal National Cyber Security Agency (NCSA) Thailand; Yeap Samnang, Perwakilan Tetap Kamboja untuk ASEAN; dan Bovonethat Douangchak, Perwakilan Tetap Laos untuk ASEAN, serta sejumlah perwakilan pemerintah lainnya.
Diskusi panel melibatkan Michele Wucker, penulis buku best-seller yang berjudul “The Gray Rhino”; Profesor Guo Song dari Hong Kong Polytechnic University; dan Iona Dominique, pemenang kompetisisi Tech4Good di ajang APAC Seeds for the Future. Bersama, mereka mendiskusikan pentingnya melibatkan anak-anak muda dalam pembuatan kebijakan terkait inklusi digital. Mereka juga menyerukan kepada swasta, akademisi, maupun pemerintah untuk mengambil langkah kolektif demi mewujudkan inklusi digital.
Menutup diskusi panel, Michele mengatakan, “Ibaratnya seekor badak yang sedang berlari, masing-masing kelompok di masyarakat memiliki tantangannya tersendiri. Bagi anak muda, tantangannya adalah pendidikan. Bagi pelaku usaha, yang menjadi tantangan adalah menciptakan lapangan pekerjaan dan menjalankan operasional. Dan bagi pembuat kebijakan, tantangannya adalah bagaimana menjawab kepentingan setiap pihak dan menciptakan keharmonisan. Masing-masing ini merupakan tantangan, tetapi pada saat yang sama dapat menjadi peluang. Saat melihat badak tersebut berlari ke arah Anda, Anda memiliki dua pilihan: berdiam diri, atau meminjam kekuatannya dan menarik semua orang maju bersama Anda.”
Artikel ini bersumber dari www.tek.id.