12 Tewas Akibat Bangunan Ambruk di Tengah Hujan Lebat di India

12 Tewas Akibat Bangunan Ambruk di Tengah Hujan Lebat di India

Hujan deras membanjiri ratusan rumah, memadamkan listrik dan merobohkan sejumlah bangunan di India Utara, kata para pejabat, Jumat (16/9).

Sekolah-sekolah ditutup pada hari itu di Lucknow, ibu kota negara bagian Uttar Pradesh, di mana kantor meteorologi mencatat curah hujan 35 milimeter dalam 24 jam terakhir, kata Brijesh Pathak, wakil ketua menteri negara bagian itu.

Sebuah tembok runtuh di sebuah bangunan kumuh yang terbuat dari lembaran polietilen dan lumpur pada Jumat pagi di daerah Hazratganj di Lucknow. Sejumlah buruh yang sedang tidur di dalam bangunan itu menjadi korbannya. Sembilan meninggal di tempat dan tiga lainnya dirawat di rumah sakit karena cedera, kata Pathak.

Pathak juga mengungkapkan, di Unnao, sebuah kota yang jaraknya 40 kilometer dari barat daya Lucknow, tiga orang lainnya tewas akibat rumah runtuh setelah dihantam hujan deras.

12 Tewas Akibat Bangunan Ambruk di Tengah Hujan Lebat di India

Orang-orang memindahkan barang-barang mereka dari daerah banjir di tepi sungai Gangga setelah hujan lebat di Allahabad pada 28 Juli 2022. (Foto: AFP/Sanjay KANOJIA)

Sebelumnya bulan ini, kehidupan terganggu di kota Bengaluru, negara bagian Karnataka, India Selatan, setelah dua hari hujan deras memicu kemacetan lalu lintas yang panjang, pemadaman listrik yang luas, serta banjir besar yang menyapu rumah-rumah dan menenggelamkan jalan-jalan.

Orang-orang terpaksa menumpang traktor untuk pergi ke tempat kerja. Perahu dikerahkan untuk menyelamatkan orang-orang yang terendam banjir. Dua zona yang membentuk kota itu, Bengaluru kota dan Bengaluru desa, mengalami kelebihan curah hujan 141% dan 114%, menjadikannya hari terbasah pada bulan September dalam delapan tahun terakhir.

Musim hujan di Asia Selatan biasanya dimulai pada bulan Juni. Tapi tahun ini, hujan lebat melanda India Timur Laut dan Bangladesh mulai Maret, sehingga memicu banjir pada awal April di Bangladesh.

Musim hujan yang berakhir pada bulan Oktober menyebabkan ratusan orang tewas dan puluhan ribu kehilangan tempat tinggal setiap tahun.

Para ilmuwan mengatakan, pemanasan global mengubah pola cuaca. Menurut mereka, peristiwa-peristiwa ekstrem seperti kelebihan curah hujan merupakan kenormalan baru.

Dengan meningkatnya suhu global akibat perubahan iklim, para ahli mengatakan musim hujan menjadi lebih bervariasi. Sebagian besar hujan yang biasanya turun sepanjang satu musim tercurah dalam waktu yang lebih singkat. [ab/uh]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *