Presiden Joe Biden hari Kamis (15/9) mengumumkan tercapainya perjanjian tentatif tentang tenaga kerja perkereta-apian Amerika yang mencegah terjadinya pemogokan nasional, yang ditengarai dapat menghancurkan ekonomi sebelum pemilu paruh waktu yang penting.
Perwakilan serikat pekerja dan perkereta-apian melakukan perundingan selama lebih dari 20 jam di Departemen Tenaga Kerja, hingga lewat Kamis dini hari, untuk menuntaskan kesepakatan tersebut di tengah risiko terjadinya pemogokan mulai hari Jumat (16/9) yang dapat menutup jalur kereta api di seluruh Amerika.
Biden mengundang para pemimpin bisnis dan serikat pekerja kereta api ke kantornya di Gedung Putih Kamis pagi, dan dalam sambutan di Taman Mawar memuji tercapainya kesepakatan itu.
“Kesepakatan ini adalah validasi dari apa yang selalu saya yakini, bahwa serikat pekerja dan manajemen dapat bekerja sama demi kepentingan semua pihak,” ujar Biden.
Biden menelpon Menteri Tenaga Kerja Marty Walsh sekitar jam 9 malam hari Rabu (14/9) saat pembicaraan sedang berlangsung, demikian menurut pejabat Gedung Putih yang meminta agar namanya dirahasiakan karena tidak berwenang membahas percakapan itu. Lewat pengeras suara di piranti telponnya, Biden mengatakan kepada mereka yang sedang berunding untuk menyelesaikan kesepakatan itu dengan mempertimbangkan kerugian yang bakal dirasakan keluarga, petani dan bisnis jika pemogokan itu terjadi.
Perjanjian tentatif yang tercapai itu akan diberikan kepada anggota-anggota serikat pekerja, yang kemudian akan melakukan pemungutan suara setelah periode pendinginan pasca ratifikasi selama beberapa minggu ini. Satu serikat pekerja harus mendapat persetujuan dewan sebelum dapat melanjutkan perundingan. Ada 50 panggilan telpon dari pejabat-pejabat Gedung Putih ke pejabat-pejabat pekerja yang terorganisir itu.
Di ruang oval Gedung Putih Biden berseloroh bahwa ia terkejut melihat semua orang “masih segar” setelah perundingan hingga larut malam, dan bahwa seharusnya mereka “berada di rumah dan tidur.”
Pemogokan itu diprediksi akan mengganggu lalu lintas penumpang dan jalur kereta api barang karena Amtrak dan banyak kereta api komuter beroperasi di jalur yang dimiliki oleh kereta api barang.
Amtrak telah membatalkan sejumlah kereta jarak jauh miliknya minggu ini, dan mengatakan sisa kereta jarak jauh akan berhenti beroperasi hari Kamis ini (15/9) yang menjadi tenggat berlangsungnya pemogokan.
Menyusul tercapainya perjanjian tentatif itu, Amtrak mengatakan “pihaknya berupaya memulihkan kereta-kereta api yang telah dibatalkan, dan menghubungi para pelangga yang terdapak untuk mengakomodasikan keberangkatan pertama yang tersedia.”
Perjanjian lima tahun yang berlaku surut hingga tahun 2020 itu mencakup kenaikan gaji hingga 24% dan bonus $5.000 yang direkomendasikan Dewan Darurat Presiden pada musim panas ini. Perusahaan kereta api juga setuju untuk melonggarkan kebijakan absensi atau kehadiran yang ketat, untuk mengatasi kekhawatiran serikat pekerja tentang kondisi kerja.
Berdasarkan sistem absensi atau kehadiran yang sudah diadopsi BNSF dan Union Pasific Railways, pekerja kereta api kini juga dapat mengambil hari libur yang tidak dibayar untuk memeriksakan kesehatan pada dokter. Mereka juga dapat didisiplinkan jika kehilangan semua poin kelakuan baik.
Serikat pekerja yang mewakili kondektur dan pekerja teknik yang mengemudikan kereta api telah menyampaikan desakan untuk mengubah aturan absensi, dan mereka mengatakan tercapainya kesepakatan ini menjadi preseden bahwa mereka apat berunding tentang aturan semacam itu di masa depan. Tetapi para pekerja masih harus melakukan pemungutan suara untuk menyetujui atau menolak perjanjian itu. [em/jm]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.