Antrean ratusan ribu warga tampak mengular di Westminster Hall, tempat peti jenazah Ratu Elizabeth II disemayamkan. Ratu yang berkuasa selama 70 tahun itu akan dimakamkan pada Senin, 19 September 2022.
Jenazah sang ratu dibawa dari Istana Buckingham dengan iring-iringan parade militer. Di istana tersebut, peti jenazah Ratu sebelumnya diinapkan setelah dibawa dari Skotlandia. Peti mati tersebut, yang dihiasi dengan mahkota kekaisaran dan standar kerajaan, dibawa dengan kereta kuda serupa yang juga pernah membawa jenazah ibu dan ayah sang Ratu.
Puluhan ribu orang menyaksikan prosesi tersebut dari pinggir jalan untuk melihat Ratu untuk terakhir kalinya, dan mengucapkan selamat tinggal serta menyaksikan secara langsung sepotong sejarah luar biasa yang sedang berlangsung. Kebanyakan dari mereka menyaksikan dalam diam. Beberapa di antaranya ada yang melempar bunga, bahkan ada pula yang terlihat diam-diam menangis.
Warga negara Amerika Serikat yang tinggal di London, Silver Klajnscek, berbicara kepada VOA setelah prosesi itu selesai.
“Ada rasa hormat untuk, saya tidak tahu cara yang lebih baik untuk mengatakannya, tetapi kemegahan dan keadaan di negara ini, yang benar-benar menyatukan semua orang. Dan itu benar-benar suatu kehormatan untuk menjadi bagian dari hal tersebut,” katanya.
Suara senjata bergema di seluruh ibu kota. Di Hyde Park London, ribuan orang lainnya juga menyaksikan prosesi tersebut dari layar lebar.
Di bawah sinar matahari akhir musim panas, arak-arakan peti jenazah Lilibet -panggilan akrab sang Ratu- tiba di Westminster 38 menit setelah meninggalkan Istana Buckingham. Perjalanan serupa telah dilakukan Ratu berkali-kali sebelumnya setelah tujuh dekade bertakhta sejak pemerintahan perdana menteri Winston Churchill.
Peti matinya dibawa ke Westminster Hall oleh pasukan Batalyon 1 Pengawal Coldstream, yang diterbangkan kembali ke Inggris dari Irak, khusus untuk melakukan acara tersebut. Ratu adalah komandan kompi mereka.
Di Westminster Hall, Uskup Agung Canterbury Justin Welby dan Dekan Westminster David Hoyle membacakan doa dalam acara kebaktian. Catherine, Princess of Wales, Meghan, Duchess of Sussex dan Camilla, permaisuri, tampak menghadiri prosesi tersebut.
Di akhir upacara singkat, jenazah ratu secara resmi dibaringkan dan pintu aula besar dibuka untuk publik yang ingin memberi penghormatan terakhir kepada Ratu Elizabeth II.
Di luar Westminster Hall, antrean manusia sepanjang beberapa kilometer telah mengular. Mereka harus menunggu hingga 27 jam untuk mencapai gedung tersebut.
“Saya belum tidur sama sekali. Saya hanya pergi dengan energi yang tersisa. Saya merasa sangat optimis, sangat tenang dan bahagia. (Saya) senang bisa menunjukkan penghormatan terakhir saya kepada Ratu,” kata Stephen Holdgate, 61 tahun.
“Beliau ada di sana sepanjang hidupku. Beliau seperti seorang nenek,” kata warga London Neil Martin kepada VOA.
Di dekatnya, Bryony Stevenson juga terlihat sedang mengantre dengan membawa bayinya yang berusia 3 bulan.
“Ini adalah salah satu kesempatan sekali seumur hidup,” kata Stevenson. “Bayi saya lahir sebagai bayi Jubilee, dan penting bagi kami untuk meraih kesempatan ini, karena ini adalah bagian besar dari sejarah.”
Westminster Hall dibangun pada 1097. Gedung tersebut menjadi tuan rumah perjamuan penobatan Raja Henry VIII pada 1509; pengadilan Guy Fawkes pada 1606 -yang merencanakan untuk meledakkan parlemen-; dan pengadilan Raja Charles I pada 1649 setelah Perang Saudara Inggris. Selama empat hari ke depan, aula tersebut akan memainkan peran bersejarah lainnya pada salah satu monarki tertua di dunia ini.
Elizabeth meninggal 8 September di Kastil Balmoral di Dataran Tinggi Skotlandia, tempat favorit sang Ratu dan tempat Charles menjadi raja.
Pemakaman Ratu dijadwalkan akan dilakukan pada 19 September di Westminster Abbey. Sejumlah pemimpin dunia diperkirakan akan menghadiri prosesi tersebut. Peti jenazah Ratu kemudian akan dibawa ke Windsor untuk menjalan sebuah upacara, di mana mendiang suami Ratu, Pangeran Philip, dimakamkan pada April 2021. [ah/rs]
Beberapa informasi dalam laporan ini berasal dari The Associated Press, Reuters dan Agence France-Presse
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.