Wabah cacar monyet telah mereda di Eropa dan di sebagian wilayah di Amerika Utara. Kini banyak ilmuwan menyerukan agar sumber daya di kedua wilayah itu dikerahkan untuk menghentikan epidemi penyakit tersebut di benua Afrika.
Badan kesehatan PBB menetapkan cacar monyet sebagai keadaan darurat dunia pada bulan Juli, dan mengimbau dunia untuk mendukung negara-negara Afrika, agar bencana “ketidakadilan vaksin” yang terjadi saat pandemi COVID-19 tidak terulang.
Namun, keadaan darurat yang ditetapkan tersebut tidak merubah banyak kondisi yang dialami oleh Afrika. Tidak ada negara kaya yang berbagi vaksin atau perawatan untuk melawan penyakit itu dengan Afrika. Sebagian pakar khawatir minat untuk mendanai pertanyaan kritis seperti pencarian sumber virus monkeypox akan segera menguap.
“Tidak ada perubahan berarti bagi kami di sini. Fokusnya masih sama, semua (vaksin) cacar monyet hanya untuk di (negara) Barat,” kata Placide Mbala, seorang ahli virus yang memimpin departemen penelitian kesehatan dunia di Institut Penelitian Biomedis Kongo.
“Negara-negara di Afrika, di mana cacar monyet telah menjadi endemik, masih dalam situasi yang sama seperti dulu, dengan sumber daya yang lemah untuk melakukan pengawasan, diagnosa, dan bahkan perawatan pasien (yang terjangkit cacar monyet),” katanya.
Cacar monyet telah menyebar di beberapa wilayah di Afrika Barat dan Tengah sejak tahun 1970-an. Para pejabat kesehatan masyarakat baru berpikir untuk menggunakan vaksin dalam melawan cacar monyet setelah penyakit itu memicu wabah yang tidak biasa di Eropa dan Amerika Utara.
Di saat negara-negara kaya kini berlomba untuk membeli hampir seluruh stok vaksin terbaru untuk melawan cacar monyet, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Juni lalu bahwa pihaknya akan membuat skema berbagi vaksin untuk membantu sejumlah negara yang membutuhkan untuk mendapatkan dosis.
Namun hingga kini skema tersebut belum terwujud.
“Afrika belum mendapatkan vaksin cacar monyet maupun pengobatan antivirus (yang tersedia saat ini),” ujar Dr. Matshidiso Moeti, Diretur WHO Afrika, seraya menambahkan bahwa hanya sejumlah kecil dosis vaksin yang diterima Afrika saat ini untuk kepentingan penelitian.
Sejak tahun 2000, Afrika telah melaporkan sekitar 1.000 hingga 2.000 kasus suspek cacar monyet setiap tahunnya. Pada tahun ini, Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika telah mendeteksi sekitar 3.000 kasus suspek cacar monyet, yang telah menewaskan lebih dari 100 orang. [ps/pp/rs]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.