Standar Keamanan Twitter Tertinggal 10 Tahun

Standar Keamanan Twitter Tertinggal 10 Tahun

Pelapor – atau whistleblower – media sosial, yang juga mantan kepala keamanan Twitter, Peiter Zatko, hari Selasa (13/9) mengatakan kepada anggota-anggota Kongres bahwa perusahaan itu jauh lebih menghargai profit dibanding privasi.

“Perusahaan yang sangat berpengaruh ini tertinggal lebih dari satu dekade dari standar keamanan industri. Kegagalan keamanan siber perusahaan ini membuatnya rentan terhadap eksploitasi, menyebabkan kerugian nyata bagi orang-orang. Ketika sebuah platform media berpengaruh dapat ditembus oleh sekelompok remaja, pencuri dan mata-mata, dan perusahaan ini berulangkali menimbulkan masalah keamanannya sendiri; maka hal ini merupakan masalah besar bagi kita semua,” kata Zatko.

Zatko mengatakan bahwa ia telah berulangkali mencoba agar penyimpangan keamanan ini menjadi perhatian dewan Twitter.

Standar Keamanan Twitter Tertinggal 10 Tahun

Pelapor atau whistleblower yang juga mantan kepala keamanan Twitter, Peiter Zatko, ketika memberikan keterangan di hadapan anggota Kongres AS, Selasa (13/9).

“Mereka tidak tahu data apa yang mereka miliki, di mana keberadaannya, atau dari mana asalnya. Jadi tidak mengherankan jika mereka tidak dapat melindunginya. Dan hal ini mengarah pada masalah kedua – yaitu karyawan memiliki terlalu banyak akses pada terlalu banyak data dan terlalu banyak sistem.”

Juru bicara Twitter mengatakan pada VOA bahwa “tuduhan-tuduhan Zatko itu penuh dengan inkonsistensi dan ketidakakuratan.”

Twitter mengatakan pihaknya memecat Zatko pada Januari lalu karena kinerjanya yang buruk.

Pada tahun 2020 lalu Twitter mengalami peretasan keamanan terbesar ketika dua peretas membobol akun utama, termasuk akun pejabat-pejabat pemerintah.

Selama bertahun-tahun anggota parlemen dari kedua partai politik telah memperdebatkan urgensi pengawasan pemerintah yang lebih besar terhadap platform media sosial itu.

Senator faksi Demokrat dari negara bagian Illinois Dick Durbin mengatakan, “Twitter adalah salah satu megafon terbesar yang pernah dimiliki para pemimpin dunia. Kita telah melihat apa yang dapat terjadi ketika peretas kecil-kecilan membobol akun Twitter milik pejabat pemerintah. Tetapi bagaimana jika peretasan berikutnya bukan sekadar dilakukan oleh dua remaja yang berupaya melakukan penipuan kripto? Bayangkan jika itu peretas jahat atau pemerintah asing yang bermusuhan dengan kita dan membobol akun Twitter presiden atau mengirim informasi palsu?”

Zatko juga mengatakan kepada para senator itu bahwa Twitter rentan disusupi agen pemerintah asing.

Senator faksi Republik dari negara bagian Utah Mike Lee mengatakan, “Bagi saya tampaknya CEO Twitter lebih peduli dengan peningkatan pengaruh dan keuntungan dari negara asing dibanding melindungi data pengguna dari para peretas atau mata-mata negara lain.”

Pemegang saham Twitter menyetujui tawaran pengambilalihan oleh miliarder Elon Musk sebesar 44 miliar dolar, meskipun Musk telah menarik kembali tawaran yang disampaikannya pada April lalu dengan alasan ia telah mendapat informasi yang salah tentang jumlah bot di dalam platform perusahaan media sosial raksasa itu. [em/jm]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *