Ukraina dan Rusia mengungkapkan ketertarikan mereka terhadap sebuah proposal yang diajukan lembaga pengawas nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA), untuk menciptakan zona perlindungan di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang diduduki Rusia di Kota Zaporizhzhia, Ukraina, kata kepala lembaga itu, Rafael Grossi.
Kedua negara menjalin komunikasi dengan IAEA dan mengajukan banyak pertanyaan mengenai gagasan tersebut, kata Grossi dalam konferensi pers di Wina hari Senin (12/9). Proposal itu diajukan untuk mencegah aktivitas militer, seperti penembakan yang telah menghancurkan saluran listrik pembangkit dan membahayakan keamanannya.
Rusia merebut kendali pembangkit listrik tenaga nuklir itu tak lama setelah Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan invasi tak beralasannya ke Ukraina pada 24 Februari lalu.
Pernyataan Grossi berselang sehari setelah Enerhoatom, BUMN Ukraina yang bertanggung jawab atas pembangkit listrik itu, mengatakan bahwa reaktor terakhir yang masih berfungsi telah dipadamkan sebagai tindakan pencegahan demi keselamatan.
IAEA mengatakan, saluran listrik cadangan pembangkit itu telah dipulihkan untuk menyediakan aliran listrik eksternal yang diperlukan untuk melakukan pemadaman sambil mencegah risiko kebocoran reaktor nuklir.
Pada 7 September lalu, pihak berwenang Ukraina mendesak penduduk yang bermukim di sekitar PLTN yang diduduki pasukan Rusia itu untuk mengevakuasi diri demi keselamatan mereka.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin melalui sambungan telepon pada 11 September bahwa pendudukan PLTN oleh pasukan Rusia itu merupakan alasan mengapa keamanannya kini terancam, kata kantor kepresidenan Prancis. Putin menyalahkan pasukan Ukraina, menurut pernyataan Kremlin.
Pertempuran di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa itu menimbulkan ketakutan akan potensi terjadinya bencana nuklir.
Rusia telah menuduh Ukraina mencoba merebut kembali PLTN itu secara paksa. Ukraina membantah tuduhan itu.
Ukraina dan negara-negara Barat menuduh Rusia mengerahkan persenjataan berat ke lokasi tersebut karena tahu bahwa Ukraina kemungkinan tidak akan menembakinya. Rusia membantah semua tuduhan, tetapi menolak upaya demiliterisasi daerah itu untuk mencegah bencana lingkungan. [rd/ka]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.