India diperkirakan tidak mengalami resesi di tahun ini alias nol persen, lalu Indonesia kemungkinan mengalami resesi sebesar tiga perseb, diikuti Filipina dengan delapan persen, Thailand dan Vietnam dengan 10 persen.
Lalu, Malaysia diperkirakan mengalami resesi 13 persen; Tiongkok, Hong Kong, Australia, Taiwan, dan Pastikan diramal mengalami resesi 20 persen. Jepang dan Korea Selatan sebesar 25 persen dan terbesar Sri Lanka yang diperkirakan mengalami resesi 85 persen.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Indonesia nomor dua paling kecil kemungkinan kena resesi karena terpengaruh inflasi global. Kita kalah dengan India. Kalau analisis saya, India itu mengandalkan konsumsi dan ketahanan pangan mereka lebih besar,” ucapnya dalam Diskusi Zoomnomics oleh FEB Universitas Indonesia, dikutip Senin, 12 September 2022.
Budi mengungkapkan, banyak negara mengalami inflasi tinggi di atas inflasi normalnya, seperti Amerika Serikat (AS) yang normalnya sekitar dua persen, melonjak naik hingga 9,1 persen pada Juni lalu.
AS bahkan sudah menaikkan suku bunganya dari 0,25 persen di awal tahun ini, menjadi 0,5 persen di Maret 2022. Terus naik capai 1,0 persen pada Mei, 1,75 persen di Juni, dan menjadi 2,5 persen pada akhir Juli lalu.
“Dan angka itu diperkirakan akan naik lagi pada September ini hingga 3,5 persen dan hingga 4,0 persen di tahun depan. The Fed pernah menaikkan suku bunga 17 kali berturut-turut pada 2008 lalu,” jelasnya.
Menurut Budi, menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi saat demand masih rendah, bisa membuat stagnasi hingga menimbulkan resesi atau stagflasi.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani berujar perekonomian Indonesia masih kuat di tengah krisis pangan dan energi serta ancaman resesi global.
Ia menyebut, di Inggris mengalami inflasi terburuk dari 40 tahun terakhir, yakni menembus 10,1 persen (year on year) per Juli 2022. Berdasarkan survei Bloomberg, tingkat probabilitas resesi Amerika Serikat sebesar 40 persen dan Eropa 55 persen.
“Mereka pun harus menaikkan suku bunga dan juga likuiditas untuk memerangi itu. Namun dengan situasi kita saat ini dan fiskal yang suportif, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup baik,” terangnya.
Di tengah tekanan inflasi global, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, ekonomi Indonesia tumbuh impresif sebesar 5,44 persen (yoy) pada kuartal II-2022. Pendorong utama ekonomi tumbuh melesat adalah adalah konsumsi rumah tangga yang pertumbuhannya mencapai 5,51 persen dan distribusi 51,47 persen.
(HUS)
Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.