Tekan Impor Gandum, IPB Kembangkan Varietas Sorgum

Tekan Impor Gandum, IPB Kembangkan Varietas Sorgum

Jakarta: Rektor IPB University Arif Satria menyebut pihaknya mempunyai tanggung jawab moral untuk mendorong substitusi produk impor dengan produk berbasis pada karbohidrat lokal, salah satunya sorgum. Hal itu menyusul titah Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menanam sorgum demi bebas ketergantungan gandum. 
 
Arif mengungkapkan tim peneliti IPB berhasil menghasilkan berbagai varietas sorgum. Varietas yang dihasilkan guna meningkatkan produktivitas dan agar bisa beradaptasi dengan lahan marjinal.
 
Varietas sorgum pertama yang dikembangkan yaitu Sorgum Rice (SORICE). Arif mengatakan SORICE ini dapat mengatasi Masalah Gizi Ganda (MGG) di Indonesia. SORICE memiliki dua macam, yakni SORICE Merah dan SORICE Putih yang bisa tumbuh di lahan kering.
 
“Saat ini sudah dikembangkan varietas sorgum dengan kualitas tanah yang baik. Sehingga pada saat ini daun dan batang sorgum juga memiliki sifat tetap hijau di saat panen, sehingga bisa dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak sapi juga,” kata Arif dalam keterangan tertulis, Jumat, 26 Agustus 2022. 
 
Arif menuturkan dari sisi produktivitas, kuncinya ialah bagaimana bisa melakukan pendampingan kepada petani agar bisa melakukan produksi pertanian dengan teknik yang tepat. Sebab, setiap varietas membutuhkan treatment berbeda.
 
“Jadi, perlu terus dikembangkan dari sisi hilir. Hilirnya itu tepung sorgum memiliki keunggulan bebas gluten, sehingga memang ini bagus sekali untuk orang-orang yang intoleran kepada gluten,” tutur dia. 
 
Kepala Deputi II Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud, mengungkapkan data impor gandum sampai Agustus 2022 mencapai 8 juta ton. Hal itu memungkinkan bisa lebih tinggi lagi seiring pertumbuhan penduduk, diversifikasi, dan beragam inovasi pangan yang berasal dari gandum.
 
Dia menuturkan lahan-lahan sorgum sudah tersebar di enam provinsi utama, yakni Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Barat. Tetapi, keberadaan sorgum utamanya bukan untuk substitusi gandum atau yang lain, melainkan untuk menjaga ketahanan pangan.
 
“Ketahanan pangan bukan hanya dari karbohidrat, tapi kita juga mengharapkan agar kita bisa melakukan diversifikasi pangan, salah satunya bisa didapatkan dari sorgum, sagu, singkong, jagung, dan lainnya. Peran ini bukan untuk menggantikan namun ini menambah pilihan,” ujar Musdhalifah.
 
Musdhalifah mengatakan peta jalan 2023 dengan rencana 30.000 hektare yang akan disebar di 17 Provinsi. Sorgum baik untuk menjadi tanaman tumpang sari atau di-mix dengan kebun, misalnya kebun sawit. 
 
“Alhamdulillah hasilnya cukup signifikan bisa membantu rakyat melakukan memproduksi bahan pangan,” papar dia. 
 
Musdhalifah menuturkan sorgum mengandung antioksidan, sangat aman untuk penderita diabetes. Terlebih, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki penderita diabetes tertinggi. Fungsi dan manfaat sorgum ini, kata dia, baik sekali untuk dipromosikan.
 
“Ini menjadi bagian komoditi pangan, ada produk dan harga. Harapan kita, teman-teman Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan men-support hasil-hasil pertanian rakyat untuk dimanfaatkan menjaga ketahanan pangan kita,” ucap dia. 
 





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?

(REN)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *