SURYA.co.id | SURABAYA – Dua korban kecelakaan kereta api di pintu perlintasan Desa Sumberlesung Kecamatan Ledokombo, yang dirawat di RSD dr Soebandi Jember, akhirnya juga meninggal dunia.
Hal ini disampaikan oleh Plt Direktur RSD dr Soebandi dr Hendro Soelistijono ketika dikonfirmasi Surya perihal kondisi dua korban tersebut.
“Keduanya meninggal dunia,” ujar Hendro, Sabtu (13/8/2022).
Korban dewasa yakni Isbat Fatoni (20) meninggal dunia setelah satu jam dalam perawatan di IGD. Sementara korban anak, Izzal Anggi (9) meninggal dunia setelah 30 menit perawatan di IGD.
Artinya, tiga pengendara sepeda motor yang tertabrak KA Pandanwangi di perlintasan itu meninggal dunia. Satu korban bernama M Ayyil Muttaqin (10) meninggal dunia di lokasi kejadian. Ayyil dan Isbat merupakan warga Dusun Laok Desa Sumberlesung Kecamatan Ledokombo, sementara Izzal merupakan warga Desa Ajung Kecamatan Kalisat.
Ketiganya naik sepeda motor matic melaju dari arah selatan pintu perlintasan tersebut. Dari penyelidikan polisi, pengendara sepeda motor tidak memperhatikan kondisi pintu perlintasan tanpa palang pintu tersebut.
Sementara dari arah Stasiun Ledokombo, atau dari arah timur (arah Banyuwangi) melaju KA Pandanwangi. Akibat jarak terlalu dekat, sepeda motor tertabrak KA.
Sepeda itu sampai terlempar sekitar 20 meter. Sepeda motor, dan ketiga orang pengendaranya terlempar ke dekat saluran irigasi di antara rel dan area persawahan.
“Pengendara sepeda motor diduga kurang berhati-hati saat melintasi pintu perlintasan tersebut,” ujar Kapolsek Ledokombo AKP Setyono Budhi Santoso.
Sedangkan Plh Manajer Humas PT KAI Daop 9 Jember Tohari kembali mengingatkan masyarakat supaya ekstra hati-hati saat melintasi pintu perlintasan kereta api.
“Kami kembali meminta masyarakat untuk berhati-hati saat melintasi pintu perlintasan, baik yang ada palang pintunya, apalagi yang tidak ada,” ujar Tohari.
Dia mengingatkan juga, ada atau tidak adanya palang pintu bukan sesuatu yang utama dalam menjaga perjalanan warga maupun kereta api. Sebab, lanjutnya, palang pintu hanya alat yang membantu.
“Sedangkan yang utama itu diri sendiri. Ketika melintasi pintu perlintasan, berhenti sebentar, tengok kanan dan kiri, pastikan tidak akan ada kereta api yang lewat,” tegas Tohari.
Dia menyebut, masinis membunyikan seruling kereta api secara berkala, apalagi ketika hendak melewati pintu perlintasan kereta api.
Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.